Blues Spirit Sesi 73 : Malang Raya 2025, Tahun Makan Bergizi?
Segera berakhir sudah bulan awal tahun 2025 ini. Kita semua tentu sudah melangkah menjalankan prioritas yang sudah kita tetapkan untuk kita perjuangkan pada satu tahun ini.
Insya Allah pada akhir tahun nanti berhasil kalau kita kerjakan secara sungguh-sungguh. Untuk pemerintahan kota dan kabupaten di Malang Raya juga mudah-mudahan sudah menjalankan.
Meskipun kita semua belum tahu apa fokus utamanya. Mestinya disampaikan kepada rakyat, supaya kita semua mendukung dalam satu irama.
Banyak masukan untuk pemerintahan Malang Raya ini. Dinamai tahun apa 2025 sebagai fokus dan tumpuan berbuat selama satu tahun, merespon Blues Spirit Sesi 72 lalu.
“Tahun Karakter dan Identitas“, itu baik. Supaya kita semua fokus menguatkan jati diri. Maka semua pembangunan, fisik dan non fisik adalah untuk menegakkan karakter dan identitias. Karakter dan identitas Malang harus diaktualkan dan dikuatkan untuk Go Global.
Atau “Tahun Ramah Pendidikan“. Kalau ini pilihannya, maka apa saja di Malang Raya harus ramah pendidikan. Pelajar dan mahasiswa serta seluruh penunjangnya harus diistimewakan.
Bukankah perguruan tinggi di Malang Raya lebih dari 60 dan mahasiswanya berjumlah sekitar 600 ribu. Kalau ramah pendidikan, warung-warung kecil pun, tempat-tempat lesehan harus ada wifi fasilitas pemerintah.
Remaja-remaja bisa diskusi dan bikin tugas kampus di manapun, makan minum juga harus murah.
Atau “Tahun Makan Bergizi Gratis“, ini selaras dengan program pemerintah baru kita. Program pemerintah itu yang mulai dijalankan belum benar-benar menemukan bentuk. Kita maklumi saja dulu.
Karena memberi makan bergizi untuk anak didik dan ibu hamil, ini baru. Realisasi dari janji kampanye. Anggarannya juga berubah.
Ketika kampanye anggarannya Rp 460 triliun, setelah menjabat turun menjadi Rp 71 triliun. Ini pun kini sedang diwacanakan, bagaimana kalau dibantu dari dana Baznas, Badan Zakat Nasional.
Pro kontra? Tentu.
Pro Kontra juga menyentuh pada konten makanan, kandungan gizi, cara penyajian, jam berapa diberikan dan banyak lagi. Harga per porsi pun turun dari Rp 15 ribu jadi Rp 10 ribu.
Tapi diam-diam di Kabupaten Banyuwangi program sejenis sudah jalan. Sejak tahun 2017, namanya rantang kasih untuk lansia dan mereka yang terlantar.
Didata rapi. Jumlahnya awalnya 600 lansia, tahun ini jadi 3 ribu lebih. Anggarannya sekitar Rp 6,1 miliar, berjalan rapi. Langkah mulia, memanusiakan manusia.
Ini juga menjawab fenomena dunia yang disebut live long, dying alone. Hidup panjang tapi mati sendirian. Terjadi di Singapura, Jepang dan beberapa negara maju. Banyak lansia ditemukan mati membusuk sendiri di rumah atau pergi ke gunung, mengakhiri hidup di sana.
Sehingga kini ada relawan yang sambang rumah-rumah berpenghuni seorang diri.
Nah, Malang Raya mau apa?! Mau apa?! Mau apa?!
Imawan Mashuri
Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia