Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 48 : Episode Menyesakkan

Blues Spirit Sesi 48

Pekan ini, keadaan nasional kita berada pada episode menyesakkan. Kata episode itu, pilihan saya untuk menandai keberadaan kita saat ini, dalam berbangsa dan bernegara.

Khususnya untuk babakan proses persiapan pilpres yang pendaftarannya sudah dimulai tanggal 19 sampai 25 Oktober 2023 itu.

Adapun “MENYESAKKAN”, itu adalah ungkapan Bambang Widjojanto, mantan Wakil Ketua KPK.

“Nyesek…”, demikian dia mengatakan, begitu mendengar putusan MK tentang batasan umur disertai
ketentuan yang boleh maju jadi capres dan cawapres.

Sejak itu, kemudian mengalir pro dan kontra terhadap putusan itu. Seru!!

Tokoh-tokoh besar dengan segala kapasitasnya, mahasiswa, sampai emak-emak, berkomentar. Melepas sesak dadanya. Tentu juga ada yang dengan riang gembira.

Kita semua telah mengikuti pertarungan pikiran-pikiran dan juga berbagai emosi yang menyertai itu. Kita pun terlibat. Dilibatkan atau melibatkan diri. Sekecil-kecilnya adalah dengan diam.

Mengimbangi hiruk pikuk itu. Lantas disusul hentakan pengumuman, para Capres Jomblo memperoleh pasangan Cawapresnya.

Lantas, kita pun kemudian menimbang-nimbang cocok dengan ini, tapi tidak cocok dengan itu. Senang dengan ininya, tapi tidak senang dengan itunya.

Lalu mencoba otak-atik sendiri, kenapa kok itu tidak berpasangan dengan ini, atau yang ini dengan yang itu?

Mestinya begini, tapi kok jadinya begitu…..

Begitulah!!! Itu manusiawi. Itulah siklus yang disodorkan kepada seluruh warga bangsa setiap 5 tahun sekali.

Kali ini lebih dramatis. Karena ada putusan MK itu. Menyusul perubahan-perubahan prinsip UU Dasar yang sudah berubah empat kali, melalui amandemen.

Skrng, aturan bermain sudah ditetapkan. Bahkan sudah dan sedang berjalan. Ada yang mencoba menyisipkan peraturan tambahan. Situasinya begitu dinamis. Sering hangat… panas…..

Masih seru! Lalu, kita, warga Malang Raya, harus bagaimana?!

Ojo kagetan, ojo gumunan, ojo dumeh

Tapi ojok meneng ae. Apapun, reaksi kita, sikap kita, langkah kita, itu akan bermuara. Reaksi berupa tindakan dan atau kata-kata, setidaknya dengan hati, semuanya akan bermuara pada hasil.

Hasil itu akan menghasilkan hasil-hasi lain berikutnya. Terus, hasil akhir dalam hal pilpres adalah takdir, akan diberikannya pasangan presiden dan wakilnya pada 2024 nanti.

Hasil itu untuk kita sadari, untuk kita hikmahi, bila mereka ternyata adalah Firaun berbalut warga nasional kita, itu adalah harga yang kita tanggung, cambuk yang mesti kita terima.

Atau ujian untuk menakar, apakah kita golongan orang-orang kufur atau umat yang bersyukur. Terkadang Tuhan mengangkat orang, seolah derajatnya tinggi. Tapi lalu terbanting berkeping-keping.

Kita semua masih ingat oknum berpangkat tinggi yang lantas dijatuhi hukuman terberat itu. Takdir itu pasti datang. Yang bisa mengubah takdirmu adalah dirimu sendiri.

Innalloha la luqhoiyyiru ma biqoumin. Hatta yuqhoiyyiru ma bi anfusihim.

“Sesungguhnya Allah tdk mengubah keadaan suatu kaum, sampai mrk mengubah keadaan mrk sendiri (ar-Rad ayat 11)”

Maka berubahlah untuk lebih baik lagi.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x