Universitas Brawijaya Uji Klinis Fase 3 Nano Bubble, Apa Itu?

CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Guru Besar Bidang Biologi Sel dan Nano Biologi Universitas Brawijaya Prof Sutiman Bambang Sumitro menjelaskan secara harfiah hidrogen itu berupa gas yang berubah menjadi gelembung ketika di dalam air. Sedangkan nano menunjukkan ukuran gelembung yang kecil 80 sampai 100 nanometer. Sehingga, prinsip kerja Nano Bubble itu adalah mempermudah pengiriman hidrogen dan oksigen ke sistem tubuh tanpa melalui darah merah untuk sampai ke sel.
Terapi ini cocok untuk penyembuhan penyakit degeneratif.
“Ide ini muncul setelah COVID-19, pasien-pasien kesulitan mendapatkan oksigen dari tabung oksigen yang ada. Sehingga diciptakanlah Hidrogen Nanobubble ini. Kalau oksigen itu ibarat api sebagai bahan bakar, maka hidrogen itu sebagai kontrol besaran api,” jelas Prof Sutiman.
Temuan ini sudah memasuki uji klinis tahap 3. Mulai dari in silico (penelitian menggunakan komputer), kajian experimental melalui hewan sampai trial pada manusia dengan jumlah terbatas.
Meski begitu, Ketua Tim Peneliti Hidrogen Nano Bubble dr Siti Nurlaela mengatakan uji klinis masih terus berlangsung. Khususnya untuk beberapa penyakit neurodegeneratif atau kelainan saraf yang gejalanya seperti sering gemetar, terjadi kekakuan (saat senyum dan jalan) bahkan mudah terjatuh.
“Kondisi ini akibat adanya kerusakan sel-sel syaraf otak karena beberapa faktor seperti usia, cedera dan lainnya. Dari hasil evaluasi, pasien parkinson yang awalnya sulit duduk dan berdiri sendiri hasilnya membaik. Begitupun hasil derajat Parkinson, fungsi kognitif dan kualitas hidup pasien,” jelas dr Siti Nurlaela.
Meski sudah menunjukkan perbaikan, pihaknya terus memantau sampai tidak terjadi ketergantungan. Tentu, pasien yang sudah membaik harus tetap menjaga kualitas hidupnya dengan cara menyeimbangkan nutrisi dan olahraga rutin. Dokter Nurlaela menjelaskan produksi saat ini sudah ada produksi dengan PT Satoria yang sudah tersertifikasi.
Ketua Reverse Aging Homeostasis (RAHO) Club, Kan Eddy menambahkan setelah mengikuti terapi ini, tubuhnya merasa jauh lebih berenergi dan muda.
“Saya merasa riset ini luar biasa, hampir tidak ada efek samping. Bahkan sudah ada 16 ribuan orang yang merasakan manfaatnya,” kata Kan Eddy. (WL)
Editor : Intan Refa