Tumbuh di Lahan Kritis, Kopi Sumadi Pasuruan Makin Mendunia

CITY GUIDE FM, KABUPATEN PASURUAN – Kelompok Tani Sumber Makmur Abadi (Sumadi) berhasil mengubah lahan kritis menjadi kebun kopi produktif. Lahan seluas 54 hektar di lereng Gunung Arjuna ini mampu menghasilkan 10 sampai 14 ton kopi Arabica single origin premium.
Dari 54 hektar itu, 20 hektar tanaman kopi yang sudah panen. Sedangkan sisanya, masih dalam pengembangan. Harga jualnya pun lumayan, sekitar Rp 150 ribu per kilo untuk ekspor dan Rp 120 ribu per kilo untuk distribusi lokal.
Koordinator Poktan Sumber Makmur Abadi, Nur Hidayat mengatakan dia bersama 36 petani lainnya menerapkan pertanian berbasis agroforestri.
“Kami memadukan tanaman kopi, hutan, dan pertanian lain dalam pola agroforestri. Pendekatan ini tidak hanya produktif, tetapi juga membantu konservasi lingkungan,” ujar Nur Hidayat.
Kopi ini dia beri nama Kopi Sumadi, yang memiliki cita rasa creamy dengan dominasi buah yang kuat. Sesuai karakter Gunung Arjuna. Ternyata, karakteristik Kopi Sumadi ini menarik minat pasar internasional. Antara lain Korea Selatan, Swiss, Perancis dan Tiongkok.
“Korea Selatan adalah pasar terbesar kami. Apa lagi setelah adanya greenhouse, kapasitas produksi meningkat dari 1 ton menjadi 12 ton per tahun,” tambahnya.

Hidayat sendiri mengaku bersyukur mendapat dukungan dari KPw Bank Indonesia Malang berupa alat roasting, mesin pulper dan greenhouse sejak tahun 2018. Bantuan ini memungkinkan proses pengolahan kopi lebih konsisten.
Sebab, suhu ideal 18–23°C di greenhouse mampu menjaga kualitas rasa kopi tetap stabil. Poktan Sumber Tani Makmur Abadi juga memiliki misi besar dalam mendukung pertanian berkelanjutan. Serta mewujudkan pertanian berbasis organik, dan mengembangkan pola agroforestri.
Hidayat menargetkan ada pengembangan carbon stock, eduwisata organik, serta sinergi dengan Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (LHK).
“Melalui kopi, kami ingin menjaga keseimbangan alam dan ekonomi. Ini adalah upaya untuk menciptakan keberlanjutan yang nyata,” tutup Nur Hidayat.
Reporter : Dwi Putri SA
Editor : Intan Refa