NewsPendidikan

Mengintip Kesunyian Taman Baca Hutan Kota Batu


Suasana Taman Baca Hutan Kota yang tampak sunyi. (Foto : Asrur Rodzi)
Suasana Taman Baca Hutan Kota yang tampak sunyi. (Foto : Asrur Rodzi)

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Sejatinya Kota Batu sudah memiliki tiga perpustakaan utama yaitu Perpustakaan Umum Kota Batu di Jalan Kartini, Perpustakaan Among Tani dan Taman Baca Masyarakat Hutan Kota. Satu dari ketiganya, Taman Baca Hutan Kota tampaknya memang sudah terbiasa lengang, nyaris tanpa pembaca.

Tempatnya agak tersembunyi di antara rindangnya pepohonan tepi jalan. Untuk mencapainya, ada jalan masuk dari samping dengan pintu kaca. Di sebelah pintu, terdapat tembok bertuliskan “Taman Baca Masyarakat”.

Waktu itu, reporter City Guide menyempatkan untuk berkunjung hanya terlihat tiga orang. Seorang pengunjung yang sibuk dengan laptopnya, seorang pustakawan, dan admin. Suasana perpustakaan itu selalu seperti itu, baik pada hari itu maupun hari-hari biasa.

Menurut pustakawan Asroby,rata-rata pengunjung per hari hanya sekitar 24 orang. Namun, pada Hari Pendidikan Nasional 2025 ini, jumlahnya sedikit berambah menjadi 26 orang.

Asroby bercerita tentang awal mula berdirinya perpustakaan di Kota Batu. Saat itu, dia pertama kali menjadi PNS pada tahun 2006. Perpustakaan masih bergabung dengan Dinas Informasi dan Komunikasi (Infokom) bersama ATV. Hal itu membuat anggaran dan sumber daya perpustakaan sangat terbatas.

“Dulu, jumlah bukunya hanya sekitar 6.000-an,” jelasnya.

Setelah itu, berdirilah Dinas Perpustakaan dan Kearsipan Kota Batu. Pemisahan ini membuat pengelolaan perpustakaan di Kota Batu menjadi lebih optimal. Salah satu dampaknya adalah munculnya perpustakaan cabang, seperti Taman Baca Masyarakat ini.

Awalnya, taman baca ini tidak memperbolehkan peminjaman buku. Namun, sejak 2017, proses peminjaman sudah diizinkan. Kini, koleksi bukunya mencapai sekitar 10.000 judul yang cukup beragam.

Mulai nonfiksi populer seperti Cosmos dan seri WHY, tetralogi Buru karya Pramoedya Ananta Toer, hingga novel Pulang. Ada juga majalah seperti National Geographic, Tempo dan Trubus.

Setiap akhir tahun, kata Asroby, perpustakaan mengeluarkan formulir permintaan buku baru.

“Nanti kami cek, kalau bukunya belum ada koleksinya, kami bisa mengajukan pembelian,” ujarnya.

Namun, seperti terlihat sejak awal, pengunjung di tempat ini sangat sedikit. Asroby mengakui bahwa minat baca di Kota Batu masih rendah.

“Apalagi sekarang serba digital. Tanpa ke mana-mana, lewat HP saja sudah bisa baca,” katanya.

Faktor lain adalah jam operasional yang terbatas. Pada hari biasa, perpustakaan buka pukul 08.00–15.30, sedangkan Jumat hanya sampai 13.30. Sabtu dan Minggu tutup.

“Kalau ada car free day, biasanya kami buka dengan satpam yang berjaga, sampai sekitar pukul 09.00,” ujar salah satu petugas.

Chamidah, salah seorang pengunjung yang juga penulis membenarkan bahwa minat baca di Kota Batu memang menurun. Menurutnya, budaya membaca sudah seharusnya ditanamkan sejak di bangku sekolah.

“Sekarang, anak-anak tidak perlu ke perpustakaan untuk mencari jawaban. Semua sudah tersedia di aplikasi,” ujarnya.

Reporter : Asrur Rodzi

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button