Hanya Ada di Malang, 5 Tradisi Ini Masih Lestari
CITY GUIDE FM – Melestarikan budaya memiliki tujuan untuk mempertahankan nilai kesakralan warisan leluhur pada daerah tersebut. Seperti warga Malang yang terus menjaga sejumlah tradisi secara turun temurun. Melansir berbagai sumber, berikut 5 tradisi yang hanya ada di Malang :
Entas-entas
Tradisi ini berbentuk upacara kematian dari suku Tengger di Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang. Pelaksanaan upacara itu pada hari ke-1000 setelah ada warga yang meninggal.
Budaya itu bermakna permohonan tempat baik untuk arwah leluhur dengan mendatangkan arwah itu melalui boneka dari bunga dan dedaunan. Kemudian pemangku adat akan menyucikannya. Runtutan acaranya ada ngresik, mepek, mbeduduk, lukatan, dan bawahan.
Baca juga :
Grebeg Tirto Aji
Masyarakat Tengger juga melaksanakan upacara ini guna menyambut Hari Raya Yadnya Kasada di Pura Luhur Poten. Rangkaian ritual ini adalah arak-arak tandu buah dan sayur, selanjutnya ada Tari Tujuh Bidadari dan pengambilan air suci oleh bupati.
Kemudian lanjut prosesi syukuran, serta penutupan dengan semarak masyarakat memperebutkan tandu tersebut. Grebeg Tirto Aji merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas berkah Sang Pencipta.
Petekan
Tradisi yang hanya ada di Malang ini berfungsi sebagai tes kehamilan untuk gadis suku Tengger Desa Ngadas. Caranya adalah dukun bayi akan menekan perut bawah gadis-gadis tersebut dan melihat apakah ada kehamilan di luar nikah.
Ritual Petirtaan Candi Sumberawan
Merupakan bentuk rasa syukur masyarakat atas berkah sumber air. Ritual yang ada di Kecamatan Singosari ini dilaksanakan dengan tumpengan dan karnaval. Selain itu, ada juga pertunjukkan seni, seperti pagelaran wayang dan tarian.
Kirab Sesaji
Lebih dikenal sebagai “satu suro”, Kirab Sesaji merupakan perayaan Tahun Baru Islam. Masyarakat akan mengelilingi Desa Wonosari, Kabupaten Malang dengan mengenakan pakaian adat Jawa.
Selanjutnya, mereka membawa sesajen ke makam leluhur Eyang Djugo dan RM Iman Soedjono di Pesarean Gunung Kawi dan berdoa di sana. Setelah itu, mereka berlomba mengambil tumpukan makanan serta membakar ogoh-ogoh raksasa.
Penulis : Faydina Rizki (magang)
Editor : Intan Refa