CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Ketika intensitas politik di Malang semakin menghangat, peran media sebagai jembatan memang cukup krusial. Namun, apakah media massa sebagai ujung tombak informasi dapat menjaga netralitas atau independensi di tengah pusaran politik ini?
Dalam Idjen Talk bertajuk “Independensi Media di Tahun Politik, Bisakah?“, Pimpinan Redaksi Malangpost Eka Nurcahyo menyatakan sulit saat ini, media menjaga netralitas dan independensi. Apalagi media yang pemiliknya berada di lingkaran politik atau media itu memang ada kedekatan dengan lingkungan politik.
“Sebenarnya idealnya media harus netral dan independen. Itu sudah jelas pada kode etik jurnalistik di pasal 1 dan pasal 2. Bunyi di pasal satu, wartawan Indonesia harus bersikap independen dengan berita yang akurat, berimbang dan tidak beritikad buruk. Kemudian pasal 2 ditambahkan, kalau wartawan Indonesia harus menempuh cara-cara profesional dalam menempuh jalan jurnalistik,” kata Eka.
Baca juga :
Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang Benni Indo membenarkan bahwa sebagai aset utama media, professionalitas jurnalis cukup sulit sekali. Karena terkadang kebijakan media lebih besar kekuatannya.
“Tapi kalau bicara idealnya, harusnya para jurnalis menjaga netralitas dan profesionalitas dengan menyampaikan berita secara benar ke masyarakat. Tujuannya mencerdaskan publik,” jelas Benni.
Untuk itu, AJI Malang terus mengoptimalkan peranannya dengan menjadi guidance ke para jurnalis, sekalipun latar belakang medianya berbeda. Sementara, Dekan FISIP UB Anang Sujoko mengatakan media memang memiliki peran untuk memberikan edukasi pada masyarakat tentang politik.
“Sementara itu, kalau kecenderungan media tidak bisa netral, itu bisa saja terjadi. Ketika owner atau media itu memiliki kedekatan tertentu pada partai politik,” kata dia.
Jika suatu media sudah memiliki kecenderungan pada parpol, maka sudah bisa dikatakan tidak sehat. (WL)
Editor : Intan Refa
