KesehatanNews

Sedotan Kertas Lebih Berbahaya, Emang Iya?

ilustrasi sedotan kertas (freepik.com/pvproductions)
ilustrasi sedotan kertas (freepik.com/pvproductions)

CITY GUIDE FM – Sedotan kertas yang selama ini kita anggap lebih ramah lingkungan, ternyata juga menyimpan bahaya tersendiri. Menurut sebuah studi, sedotan ini mengandung bahan kimia yang sulit terurai dan beracun hingga menimbulkan berbagai masalah kesehatan.

Melansir dari berbagai sumber, sekelompok peneliti asal Belgia melakukan uji coba terhadap 39 merek sedotan yang terbuat dari plastik, bambu, kertas, dan baja tahan karat. Hasilnya mayoritas produk sedotan berbahan kertas dan bambu mengandung PFAS (per- and polyfluoroalkyl substances).

Penelitian tersebut menyatakan, 18 dari 20 merek sedotan kertas yang diuji positif PFAS. Itu artinya hampir 90 persen sedotan ini mengandung senyawa kimia tersebut. Selain itu, mereka juga menemukan senyawa ini pada 4 dari 5 sedotan bambu, dan 3 dari 4 sedotan plastik. Dari hasil tersebut para peneliti tidak menemukan satupun sedotan baja yang mengandung senyawa ini.

PFAS merupakan senyawa kimia yang biasa digunakan dalam industri elektronik dan otomotif, termasuk untuk membuat pakaian dan wajan anti lengket. Senyawa ini terdiri lebih dari 12 ribu bahan kimia yang memiliki sifat anti air dan tahan api. Selain itu, stabilitas termal dan kimianya memastikan produk ini dapat digunakan pada skala yang besar serta untuk berbagai aplikasi.

Meskipun begitu, senyawa ini memerlukan waktu yang lama bahkan hingga ribuan tahun agar bisa terurai dengan baik. Sehingga berpotensi menjadi racun bagi manusia, hewan, dan lingkungan. Selain itu, PFAS juga dapat menimbulkan efek seperti :

  • Penurunan kesuburan dan peningkatan tekanan darah pada ibu hamil
  • Keterlambatan pertumbuhan pada anak
  • Meningkatkan risiko kanker
  • Berkurangnya kemampuan sistem imun melawan infeksi
  • Menurunnya kemampuan tubuh untuk merespon vaksin
  • Gangguan pada hormon alami tubuh seperti tiroid
  • Meningkatkan risiko obesitas

Penulis : Alifia Nur Syafida (magang)

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button