CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Petani muda memiliki posisi yang cukup penting untuk melanjutkan pertumbuhan pertanian di Kota Batu. Dewasa ini, kita sering menemukan beragam jenis pekerjaan atau profesi baru seiring dengan perkembangan teknologi dan komunikasi. Namun, efek sampingnya ini ternyata membuat mata pencaharian konvensional perlahan ditinggalkan. Petani adalah salah satunya.
Padahal petani mengambil peranan penting dalam menjaga ketahanan pangan. Dalam Idjen Talk bertajuk “Krisis Petani Kota Batu”, Penyuluh Pertanian Ahli Muda Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Sri Wahyuni menjelaskan Pemkot Batu sudah mengupayakan para milenial tertarik terjun ke sektor pertanian.
Salah satunya dengan membentuk Tim Pelopor Petani Muda, mengambil empat sampai lima orang dari setiap desa. Menurut Sri, sejak tahun 2018 pihaknya juga melakukan pembinaan dan pendampingan.
“Bahkan ketika ada kegiatan, dinas juga melibatkan langsung petani muda di Kota Batu,” terang Sri.
Baca juga :
Sementara itu, Dewan Pakar Himpunan Kerukunan Tani Indonesia (HKTI) Kota Malang David Hermawan menjelaskan minimnya ketertarikan milenial pada pertanian, karena memang dari sisi benefit terbilang kecil. Ini kurang sebanding dengan apa saja yang sudah dikeluarkan.
Bahkan sekarang, banyak di sekitar Kota Batu yang awalnya sebagai petani apel, malah beralih menjadi tenaga kerja wanita (TKW). Mirisnya, sebagian besar wilayah pertanian justru berubah jadi kawasan elit. Salah satunya itu ada di Kecamatan Bumiaji.
Di sisi lain, Petani Apel Millenal Kota Batu Budi menjelaskan untuk menarik minat para pemuda di sektor pertanian, pemerintah bisa memberikan sosialisasi ke sekolah dengan memberikan simulasi.
Anak-anak muda sekarang berpikiran menjadi pak tani itu, artinya langsung terjun ke sawah saja. Padahal, sektor pertanian sebenarnya tidak hanya tani saja. Selain itu, harga pupuk yang semakin mahal juga menghambat anak-anak muda untuk terjun ke sektor pertanian. (WL)
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain
