
CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Perkembangan urban farming di Kota Malang tampaknya terus mengalami peningkatan. Sepanjang 2025, jumlah kelompok urban farming meningkat dari 83 menjadi 115 kelompok yang tersebar di seluruh 57 kelurahan.
Kenaikan sekitar 25 persen ini mencerminkan semakin kuatnya partisipasi masyarakat dalam mendukung ketahanan pangan berbasis rumah tangga. Kepala Bidang Ketahanan Pangan Dinas Ketahanan Pangan dan Pertanian (Dispangtan) Kota Malang Elfiatur Roikhah mengatakan pengembangan urban farming saat ini tidak hanya fokus pada penambahan jumlah kelompok.
Tetapi juga pada peningkatan kualitas melalui konsep integrated urban farming. Konsep tersebut menggabungkan budidaya tanaman hortikultura dengan sumber protein hewani dalam satu lokasi.
“Dalam satu titik urban farming tidak hanya ada sayuran, tetapi juga budidaya ikan melalui sistem budikdamber serta ayam petelur. Manfaatnya jadi lebih lengkap untuk memenuhi kebutuhan pangan keluarga,” ujar Elfiatur, Selasa (16/12/2025).
Selain itu, urban farming juga diarahkan untuk mendukung diversifikasi pangan. Khususnya sumber karbohidrat agar masyarakat tidak bergantung pada beras.
Salah satu inovasi yang dikembangkan ialah budidaya ubi dalam karung menggunakan varietas Brawijaya Raya hasil pengembangan perguruan tinggi. Metode ini mampu menghasilkan umbi hingga lima kilogram per tanaman.
Upaya tersebut sejalan dengan kebijakan Pemerintah Kota Malang dalam mendorong penganekaragaman konsumsi pangan lokal. Hal ini tercermin dari meningkatnya nilai Pola Pangan Harapan (PPH) masyarakat. Pada 2025, nilai PPH naik menjadi 96,9 dari sebelumnya 95,9 pada 2024. Sementara konsumsi beras tercatat sebesar 62,7 persen.
“Ini menunjukkan pola konsumsi masyarakat mulai berubah. Ketergantungan terhadap beras perlahan menurun,” jelas Elfiatur.
Dari sisi ketahanan pangan rumah tangga, hasil urban farming memang belum ditujukan untuk skala komersial. Namun, produksi sayur, ikan, dan telur dinilai cukup untuk memenuhi kebutuhan anggota kelompok. Sejauh ini, hasil budikdamber (budidaya ikan dalam ember) dan ayam petelur dimanfaatkan langsung untuk konsumsi bersama.
Ke depan, pihaknya mengusulkan sejumlah pengembangan. Antara lain vertikultur bawang merah menggunakan pipa paralon serta perluasan budidaya ubi dalam karung guna mengatasi keterbatasan lahan.
Kampanye One Day No Rice juga terus digencarkan setiap Jumat. Sembari monitoring dan evaluasi ke kelompok-kelompok urban farming.
Meski demikian, ada sejumlah tantangan di lapangan, terutama terkait manajemen dan kemandirian kelompok. Sejumlah kelompok belum menyisihkan hasil panen untuk penyediaan benih lanjutan, baik untuk tanaman maupun ikan, sehingga masih membutuhkan pendampingan intensif.
“Kelompok sudah tepat sasaran karena melalui SK Lurah. Tantangannya lebih pada kesadaran dan manajemen kelompok agar bisa berkelanjutan,” ujarnya.
Saat ini, urban farming telah menjangkau seluruh kelurahan di Kota Malang dengan capaian yang bervariasi. Beberapa kelurahan yang dinilai berhasil dan berkelanjutan antara lain Bunul, Tlogomas, Kebonsari, dan Pandanwangi yang telah menerapkan sistem integrated urban farming.
Reporter: Heri Prasetyo
Editor: Intan Refa




