CITY GUIDE FM, CAFE IDE – Kejayaan Apel Batu kini berada di ujung tanduk. Salah satu sebabnya adalah serangan penyakit pada Apel Batu, lahan pertanian semakin menipis, masyarakat enggan menjadi petani, dan kualitas tanah terus menurun.
Dalam Program Cafe Ide, bertema “Selamatkan Apel Batu Dengan Inovasi Lokal”, mengundang sejumlah narasumber. Diki Darmawan, Anggota Kelompok Tani Muda Makmur mengatakan, dia bersama rekan-rekannya telah menemukan cara untuk mempertahankan kualitas Apel Batu.
“Penyakit buah seperti sisik buah ini menjadi salah satu permasalahan pertanian Apel Batu. Nah, kami sendiri membuat pestisida nabati ramah lingkungan yang kami olah. Alhamdulillah, hasilnya aman dan pertanian di kelompok kami sudah tidak terserang dari penyakit buah,” ujarnya.
Baca juga :
Selain membuat pestisida nabati, mereka juga meminta langkah cepat pemerintah daerah maupun pusat agar eksistensi Apel Batu tetap berjaya.
Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan (Distan KP) Heru Yulianto mengatakan pihaknya sudah memiliki langkah cepat agar eksistensi Apel Batu tidak punah. Salah satunya dengan mendukung gerak cepat dan inovasi dari Kelompok Tani Muda Makmur.
“Kita dan petani masih berupaya untuk mempertahankan pertanian apel. Masalahnya, anak-anak muda banyak yang tidak ingin jadi petani. Nah langkah kami yaitu membentuk taruna tani dan menampung inovasi itu,” kata Heru.
Menurutnya bukan hanya Pemkot Batu saja yang harus ambil peran, masyarakat juga memiliki andil dalam mempertahankan pertanian Apel Batu.
Direktur Jenderal Hortikultura Kementerian Pertanian Prihasto Setyanto mengaku miris mendengar kondisi Apel Batu mulai tidak bergairah.
“Memang sekarang, apelnya kecil dan tidak sebanyak dulu. Apel di Batu itu sudah tua dan harus ada peremajaan. Kami bekerjasama dengan pemerintah daerah untuk itu,” terang Hasto.
Dia juga menerangkan, pihaknya meminta dinas terkait serta kelompok tani untuk membangun kembali pondasi-pondasi pengembangan Apel Batu.
“Contohnya, pengendalian pestisida ramah lingkungan itu tidak bisa skala kecil. Kalau mau pengendalian, harus bersama-sama tidak bisa bekerja sendiri,” tambah Prihasto.
Editor : Intan Refa