CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Ada yang beda dari Festival Kali Brantas II di Kampung Biru Arema pada Rabu sore (26/7). Perbedaannya ada pada alat musik yang semuanya berbahan bambu dan minim alat musik elektrik. Selain itu warga juga terlibat lebih aktif dan lebih meriah dalam Nyanyian Brantas dan lagu lagu Arema.
Sama seperti event-event sebelumnya, festival ini tidak afdhol jika belum melakukan rijik-rijik (bersih-berish) Kali Brantas bersama sejumlah pihak. Baik dari masyarakat maupun pemerintah Kota Malang.
Komandan Rayon Militer Klojen Arief Setyo yang menyempatkan hadir turut mengapresiasi pemanfaatan alat musik berbahan alami seperti angklung.
“Ini sebagai upaya pelestarian musik tradisi untuk generasi muda. Dunia mengakui bahwa Angklung satu-satunya alat musik tradisional yang bisa dimainkan oleh 10 ribu orang dan pernah memecahkan rekor dunia,” terang Arief.
Baca juga :
Ketua Pokdawis Kota Malang Ki Demang memberikan gambaran bahwa Festival Kali Brantas II di Kampung Biru Arema akan menjadi basecamp. Khususnya bagi para kreator dan pencipta musik nyanyian Brantas dan lagu lagu arema.
“Kedepan untuk mewadahi insan kreatif akan kita buat lomba cipta musik dan tari-tari tentang Kali Brantas. Sehingga Kali Brantas makin menggema dan menjadi bagian dari kampanye lingkungan. Serta sebagai upaya pelestarian sungai dan mendekatkan manusia pada alam,” tegas pria yang bernama asli Isa Wahyudi itu.
Sementara itu, Ketua Pokdarwis Kampung Biru Arema Irmawan mengucapkan terima kasih kepada para penampil angklung dari SMK Muhammadiyah 1 Kota Malang.
“Musik angklung menjadi pilihan alternatif untuk anak-anak muda. Kami coba kolaborasikan dengan musik Arema Licek dan ternyata bisa dan meriah. Ke depan akan kita tingkatkan lagi,” pungkas Irmawan.
Editor : Intan Refa
