Blues Spirit Sesi 14 : Kayutangan Tuan Rumah Wisatawan
Kita masih di Kayu Tangan ya?! Kekayaan lain yang dimiliki Kayu Tangan adalah model perkampungannya.
Bisa diurai begini, fisik rumah di dalam kampung yang masih banyak bangunan kolonialnya, jarak dengan tetangganya, jalannya, ada sungai di belakangnya yang terpelihara bersih, makamnya, semuanya membentuk aktivitas yang melahirkan budaya.
Budaya kampung, tapi di perkotaan. Yang masih punya akar budaya, ialah budaya arek. Di sana masih bisa kita lihat, sore hari anak-anak kecil, dipupuri mbeluk, putih, bermain, berlarian.
Warga ngobrol di depan rumah, sambil saling bantu bersih-bersih. Ngopi, cangkruk, lalu lalang sambil sapa dan canda. Pendeknya…hidup.
Sering kumpul, untuk acara apa saja di balai RW. Dan di sana itu, kalau ada tamu, disambut begitu ramah. Melayaninya, seperti sudah kenal lama.
Jare Arek Malang, Blater.
Di Kayu Tangan ada gereja, yang usianya sudah puluhan tahun. Aktif. Juga multi etnis, ada warga keturunan Tionghwa, Arab, membaur. Mereka sudah terdidik toleran.
Keberadaan masyakarat dengan budaya seperti itu, sangatlah menarik. Menarik bagi orang-orang kaya di kota-kota, yang rumahnya berpagar tinggi-tinggi, yang nyaris tidak kenal tetangga.
Mereka itu pasti punya kerinduan untuk melihat dan mengenali potret sejati bertetangga di kampung. Nah, warga Kayu Tangan, dengan perkampungan dan budayanya seperti itu, tampaklah sangat siap jadi tuan rumah wisatawan.
Apalagi Pokdarwisnya di sana sangat rajin. Kampungnya bersih, tertata, bangunan kunonya terpelihara. Warganya sangat sadar wisata. Juga banyak warga lain yang ikut peduli dan ikut menjadi pembina di sana.
Dengan keseluruhan keadaan seperti itu, pemerintah tinggal fokus, fokus, sungguh-sungguh menjadikan. Dengan membekali aturan yang mengayomi warga.
Dorong sampai pemikiran yang kecil-kecil tapi menguntungkan. Misalnya, rumah-rumah warga kampung, satu kamarnya, satu saja, bisa dibikin demikian rupa yang bersih dan pantas untuk disewakan bagi mereka yang ingin tinggal di kampung. Yang ingin mengenali kampung sambil menyelesaikan urusan lainnya.
Keberadaan kampung sekarang yang sudah sepeti itu, sudah saling melengkapi dengan koridor di luarnya, koridor Kayu Tangan yang terus bergerak menjadi down town dan city walk itu.
Menjadi, Kayu Tangan Heritage secara kaffah. Menyeluruh. Dalam satu kawasan yang lengkap.
Untuk itu, grand design-nya haruslah disosialisasi yang gencar. Tapi kunci dulu grand design itu, supaya tidak berubah-ubah. Ganti penguasa siapapun, tetap harus seperti rencana yang telah disepakati semua pihak.
Bikin kesepakatannya, kesepakatan membangun yang berlandaskan budaya asli, yang berkarakter dan berakar budaya sendiri, lengkap dengan ornamen-ornamen Malangannya.
Ada imajinasi menarik yang bisa dibayangkan untuk Kayu Tangan. Kita ikuti pada Blues Spirit Sesi 15 mendatang.
Imawan Mashuri
Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.