NewsPeristiwa dan Kriminal

Bagaimana Respon Warga Soal Warung Cetol Gondanglegi?

situasi penertiban warung kopi cetol. (Foto : screencapture Tiktok @wid.gypsum)

CITY GUIDE FM, KABUPATEN MALANG – Jagat maya mendadak heboh dengan keberadaan Warung Cetol di Kecamatan Gondanglegi yang kasak-kusuknya menjadi ajang prostitusi terselubung. Benar saja, saat petugas penegak hukum menertibkan lokasi yang berada di dalam Pasar Gondanglegi itu, terdapat sejumlah pramusaji yang diangkut. Termasuk anak-anak di bawah umur.

Isu yang menjadi topik Idjen Talk hari ini (7/1/2025), sejumlah pendengar ikut beropini. Hasan Bisri misalnya, mengaku pernah mendatangi warung itu.

“Memang di situ ada beberapa warung kopi. Tidak semua modelnya warung kopi cetol itu. Ada beberapa cewek agak genit yang melayani. Saya hanya penikmat kopi jadi tidak pernah digoda-goda,” kata dia.

Hasan mengatakan kalau ada pelanggan datang, cewek-cewek ini langsung menghampiri dengan melancarkan jurus godaannya.

“Ini sebenarnya sudah ada dari dulu. Ada warga yang mengeluh juga. Ada juga yang lapor tapi tetap saja nunggu viral. Sebagai warga sekitar, harapannya ada penertiban dan pengawasan pasar/tempat banyak orang berkumpul,” lanjutnya.

Sementara itu pendengar lain, Yohanes Antoni menaruh kecurigaan terhadap pihak-pihak yang mungkin terlibat.

“Menurut saya tidak mungkin semua yang ada di sana tidak terlibat, karena dekat tempat ibadah. Tidak mungkin RT/RW tidak ikut-ikut. Perlu mengecek semua, mereka pasti tidak bisa ngomong karena terlibat dan kerjasama,” kata Yohanes.

Menyambung pendapat dari Yohanes, pendengar Audy pun ikut menimpali.

“Bukan mereka itu tidak tahu. Semua orang juga tahu. Bahkan dulu ada lokalisasi di sana, dekat STM Gondanglegi. Yang perlu diamankan dulu, siapa pelindungnya di sana,” ujarnya.

Pada diskusi yang terus menghangat ini, Emanuel Gotanzil menengahi dengan mengusulkan adanya kajian mendalam soal solusi konkrit. Salah satunya memberdayakan kampung tematik.

“Jika kampung tematik itu direncanakan, dikelola dan diimprove lebih holistik sampai bisa dikatakan ‘tidak sekedar’ tematik. Tapi sampai smart village, tentu dampaknya dapat menyentuh akar masalah,” kata Emanuel.

Menurutnya, era 5.0 ini butuh perspektif yang lebih canggih.

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button