NewsPeristiwa dan Kriminal

806 Orang Mengungsi Imbas Erupsi Semeru, Kondisi Masih Shock

Kondisi desa terdampak erupsi Gunung Semeru. (Foto: tangkapan layar video kiriman relawan)
Kondisi desa terdampak erupsi Gunung Semeru. (Foto: tangkapan layar video kiriman relawan)

CITY GUIDE FM, LUMAJANG – Sebanyak 806 orang warga Desa Supiturang dan Desa Oro-oro Ombo, Kecamatan Pronojiwo mengungsi di tempat yang aman imbas erupsi Gunung Semeru. Dua desa itu menjadi yang paling parah terdampak aliran lahar panas.

Hampir semua rumah habis rata dengan tanah. Meski masih ada sebagian bangunan yang berdiri, tapi lumpur lahar sudah menutupi rumah dan tidak dapat ditinggali lagi.

Saat Radio City Guide FM menghubungi Relawan Emergency Response Eruption Semeru Muhammad Nizar Aditya, sedikitnya ada 7 titik tempat pengungsian.

“Posisi saya sedang ada di Supiturang Zona 1. Kita datang kemarin jam 11 malam tanggal 19 November dan sudah banyak yang mengungsi. Untuk saat ini, visualisasi masih nihil, di atas tidak terlihat apa-apa, kabut hitam, kita masih perlu waspada,” ungkapnya.

Dari ratusan pengungsi tersebut, terdapat 53 balita, 2 ibu hamil dan anak-anak usia 3-10 tahun berjumlah 66 anak. Kata Adit, kebutuhan mendesak untuk para pengungsi antara lain air bersih, makanan instan MPASI, buah segar, pampers untuk usia 3 bulan-3 tahun, susu formula untuk anak usia 3-12 bulan serta pampers lansia.

“Kita masih berkoordinasi dengan pihak kecamatan dan BPBD, kita berikan bantuan seadanya dulu. Nanti ada NGO (non-government organization) memberikan bantuan seperti pangan dan dapur umum. Kita juga masih menunggu pampers dan masker,” lanjutnya.

Kata Adit, walaupun warga sudah berada di pengungsian, masih ada yang nekat kembali ke rumah mereka. Akibatnya kaki mereka melepuh terkena lahar panas.

“Sampai detik ini pun masih banyak warga yang kembali lagi ke rumah untuk menyelamatkan barang-barang mereka, seperti hewan ternak dan elektronik. Meski sempat ricuh, kami imbau mereka untuk membawa barang sedapatnya saja,” jelas Adit.

simak selengkapnya wawancara dengan Relawan Emergency Response Eruption Semeru

Lebih jauh, Adit mengatakan kondisi warga yang mengungsi ini terlihat masih syok. Walaupun 4 tahun lalu mereka juga mengalami situasi seperti ini, tampaknya warga belum beradaptasi.

Apalagi ternyata, tanggul gunung yang menahan laju lumpur panas itu jebol, sirine berbunyi dan warga langsung panik menuju ke pengungsian.

“Mereka shock, kenapa harus kembali lagi seperti 4 tahun yang lalu. Tapi mereka juga tidak ada layanan trauma healing. Mereka terlihat sudah down sekali, ratusan rumah sudah rata dengan tanah,” jelasnya.

Untuk saat ini, ia bersama tim fokus pada penanganan pengungsi, clearance area atau membersihkan lumpur menggunakan alat berat sejauh 500 meter. Setelahnya, ia berencana melakukan mapping, kawasan mana yang tidak boleh dihuni untuk menghindari jatuhnya korban jika bencana serupa terjadi lagi.

Editor: Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button