CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Ketua Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Malang Benni Indo mengatakan berdasarkan survei yang dilakukan AJI, jurnalis perempuan lebih rentan menjadi korban kekerasan berbasis seksual di dunia nyata dan maya. Salah satunya adalah doxing. Karena itu, AJI mendorong kebijakan yang melindungi para jurnalis.
“Masalah doxing juga pernah terjadi pada salah satu jurnalis di Malang. Di mana dia mendapatkan perilaku yang merugikan karena doxing oleh oknum tertentu,” jelas Benni.
Apalagi menurut Benni, hukum yang berlaku di Indonesia saat ini belum cukup melindungi para jurnalis. Termasuk UU ITE yang dia nilai mengancam pekerjaan jurnalis.
Baca juga :
Menurut Kepala Dinas Kominfo Kota Batu Onny Ardianto, fenomena doxing semakin marak ketika seseorang menyebarkan informasi pribadi orang lain tanpa izin dengan tujuan tertentu. Perilaku ini bisa terjadi secara sengaja maupun tidak.
“Salah satu faktor pendorong maraknya fenomena ini adalah adanya motif ekonomi. Informasi pribadi bisa diperjualbelikan di pasar gelap dengan harga bervariasi tergantung kedalaman data,” kata Onny.
Sementara itu, Kepala Laboratorium Komunikasi Universitas Muhammadiyah Malang Widiya Yutanti mengatakan literasi digital yang tidak merata rentan menyebabkan masyarakat menjadi pelaku atau korban doxing.
“Saya menyarankan adanya program-program edukasi yang komprehensif. Serta menekankan pentingnya pelatihan yang tidak hanya fokus pada penggunaan teknologi, tetapi juga pemahaman tentang dampak sosial dan etika dalam dunia digital,” pungkasnya. (AN)
Editor : Intan Refa
