Wahai Anak Muda Jangan Ikutan Doom Spending, Nanti Miskin
CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Istilah Doom Spending belakangan marak di kalangan Gen Z. Apa sih itu? Ringkasnya, doom spending adalah perilaku seseorang yang membelanjakan uangnya pada barang yang tak terlalu penting tanpa pikir panjang.
Menurut Financial Educator Amang Rifa’i menjelaskan fenomena ini merupakan bentuk perilaku impulsif sebagai reaksi terhadap stres. Sehingga, mereka mengalihkannya pada spending yang tak terkontrol, akibat minimnya literasi keuangan.
“Namun sayangnya, di Indonesia pembahasan soal literasi keuangan masih belum masif jika dibandingkan dengan pendidikan sex,” kata Amang.
Ada beberapa cara buat anak muda untuk mencegah hasrat doom spending ini. Antara lain menunda keinginan belanja selama 24 jam, untuk menentukan barang tersebut adalah kebutuhan atau keinginan. Tentukan pula daftar belanja berdasarkan skala prioritas.
“Bisa juga mencari alternatif kegiatan belanja ke hobi lain yang lebih bermanfaat. Seperti olahraga, kursus dan lain sebagainya,” lanjutnya.
Dia menekankan anak muda harus menyimpan sebagian pendapatannya untuk kebutuhan masa depan. Caranya dengan menerapkan metode savings investment and protection, dalam menentukan goals dan circle yang tepat.
Sementara Dosen Psikologi Universitas Merdeka Malang Dellawaty Supraba mengatakan perilaku doom spending ini akibat beberapa faktor. Antara lain terpengaruh konten flexing atau pelepasan rasa cemas dan stres lewat belanja.
“Untuk membentengi dari hal tersebut harus memiliki self control dan pengelolaan kecemasan dengan baik. Sehingga dalam mengatasi persoalan dapat mengalihkannya pada kegiatan yang lebih positif,” kata Della.
Dia menyarankan anak-anak muda untuk mengurangi nonton konten flexing dan detox media sosial. Sebab, tidak semua yang indah di media sosial itu sesuai dengan kenyataan. Senada dengan Della, mahasiswa S2 Ilmu Komunikasi Universitas Brawijaya Mirel Imelda Sasella menambahkan anak-anak muda ini rata-rata punya mindset YOLO, alias You Only Live Once.
“Mindset ini menjadikan self reward sebagai lifestyle sehingga terjadi doom spending,” kata Mirel. (YOLANDA)
Editor : Intan Refa