Budaya dan PariwisataNews

Slamet Henkus Tafsirkan Ulang Legenda Lewat Lukisan


Salah satu pengunjung tampak melihat salah satu lukisan Slamet Henkus. (Foto : Asrur Rodzi)
Salah satu pengunjung tampak melihat salah satu lukisan Slamet Henkus. (Foto : Asrur Rodzi)

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Pelataran Galeri Raos Kota Batu terlihat ramai pada Sabtu malam (24/05/25). Puluhan orang antri di pintu masuk. Malam itu, pelukis Slamet Hendro Kusumo atau Slamet Henkus memamerkan lukisannya dalam pameran bertajuk “Pitutur Luhur Legenda Sastra Visual” hingga 6 Juni mendatang.

Ada 12 lukisan yang memvisualkan legenda-legenda Nusantara. Mulai dari Sangkuriang, Nyai Roro Kidul, sampai Dewi Sri. Slamet sengaja memilih tema legenda karena ingin mengekspresikan pitutur leluhur (entah yang sekarang dianggap mitos atau legenda) ke dalam lukisan. Ia melihat legenda atau mitos semakin hari dianggap kuno dan tidak relevan.

“Salah satu harta karun di masa lalu itu legenda, sama mitologi. Itu kan kaitannya dengan pemikiran masa lalu,” jelas Slamet.

Menurut Slamet, yang merupakan dosen Universitas Muhammadiyah Malang ini, legenda atau mitos merupakan produk intelektual pada masa lalu. Ia merekam konstruksi sosial, dinamika perilaku, dan juga kebudayaan pada masa itu.

“Tapi legenda tadi tidak saya pandang sebagai legenda, terus saya ilustrasi atau lukiskan. Tapi saya menafsirkan baru terhadap legenda. Sehingga legenda itu lahir hari ini menjadi versi saya,” jelas Slamet.

Maka, jika kita melihat lukisan di sana, ada bentuk penafsiran ulang terhadap legenda. Misalnya Dewi Sri yang digambarkan hidup berdampingan dengan permukiman modern atau sosok Nyai Roro Kidul yang berenang bersama ikan bercorak bendera Amerika.

Pemaknaan kembali legenda menurut Slamet merupakan karakteristik kebudayaan Nusantara. Dalam tulisannya, ia menyinggung bagaimana Mahabharata versi Jawa berbeda dengan versi India, yang menempatkan Punakawan sebagai sosok sentral.

Punakawan seperti Semar, Petruk, Bagong dan Gareng yang mampu memberikan pencerahan bagi kaum Ksatria merupakan cara kritis Empu di masa lalu. Strategi ini, menurutnya, bisa jadi teladan pada proses kreatif yang berintegritas.

Reporter : Asrur Rodzi

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button