NewsPemerintahan

Profesor Turun Gunung, Mungkinkah Peristiwa ’98 Akan Terulang?

Ketua Komisi B Dewan Guru Besar UB Profesor Rachmad Syafa'at (foto : Intan Refa)
Ketua Komisi B Dewan Guru Besar UB Profesor Rachmad Syafa’at (foto : Intan Refa)

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Muncul isu dan spekulasi di tengah masyarakat setelah para profesor dari puluhan civitas akademika mengeluarkan petisi. Tidak sedikit yang bertanya-tanya, mungkinkah akan ada Reformasi Jilid Dua atau peristiwa ’98 akan kembali terulang?

Ketua Komisi B Dewan Guru Besar Universitas Brawijaya Profesor Rachmad Syafa’at berpendapat peristiwa ’98 tampaknya tidak mungkin terjadi saat ini. Walaupun people power dan gelombang ketidakpuasan telah muncul di mana-mana.

“Situasi semacam ini sebenarnya berpotensi, tapi sejak awal rakyat sudah terbagi-bagi. Ada istilah cebong, dan sebagainya. Bagaimana bisa menyatukan suara rakyat,” kata Rachmad.

Baca juga :

Apalagi Presiden Jokowi mencengkeram kekuasaan TNI dan Polri. Artinya, reformasi jillid dua hanya bis aterjadi jika TNI/POLRI netral dan membiarkan rakyat memegang kendali situasi.

Sehingga gelombang ketidakpuasan yang ditandai dengan 33 perguruan tinggi yang protes, setidaknya menunjukkan bahwa demokrasi Indonesia sedang di ujung tanduk.

Profesor Rachmad juga menilai, cukup banyak penyimpangan yang dilakukan oleh Presiden Jokowi. Antara lain sistem ekonomi oligarki secara terang-terangan, pembiaran sejumlah kasus korupsi, hingga etika politik yang kurang baik. Sehingga hal ini semakin menguatkan bahwa Presiden Jokowi sedang membangun sistem pemerintahan otoritarian personal yang sangat kuat.

“Sistem ini bukannya muncul secara tiba-tiba. Tpi sudah lama sejak awal dia menjabat, Jokowi berhasil mengambil hati rakyat. Saya dulu memilih Jokowi karena melihat orangnya baik. Tapi sekarang ini berbeda, karena mengabaikan semua tugas konstitusi,” lanjutnya.

Dia berharap dengan banyaknya kritikan dan masukan, ada perbaikan dari pemerintah. Dia khawatir akan ada chaos atau kekacauan jika hal ini terus dibiarkan. Maka, Profesor Rachmad dan para guru besar lainnya tidak akan diam. Mereka akan terus bersuara baik secara akademis, dialogis atau melalui tulisan kritis.

Reporter : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x