CITY GUIDE FM – Usulan pakaian adat menjadi seragam sekolah masih menjadi polemik di masyarakat. Dalam Idjen Talk yang bertajuk, “Polemik Seragam Sekolah Baru, Apa Urgensinya?“, Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Malang Suwadji mengatakan, pakaian seragam sekolah masih mengacu pada Permendikbudristek Nomor 50 Tahun 2022.
“Sejak Oktober 2023, sudah menerapkan pakaian adat, dengan menggunakan Batik Garudeya sebagai ikon Kabupaten Malang. Banyak sekolah yang sudah menerapkan itu juga,” tuturnya.
Penerapan pakaian Batik Garudeya sebagai seragam terus berproses, dengan target seluruh sekolah di Kabupaten Malang bisa menerapkan. Karena tujuannya tidak memberatkan wali murid, khususnya masyarakat kurang mampu dan anak yatim dibebaskan biaya seragam itu.
Baca juga :
Sementara itu, Pengurus FKK SDN Kasin Malang Ida Ayu Nirwanaloka menyampaikan, di SDN Kasin Kota Malang, sejauh ini penggunaan pakaian adat hanya di peringatan hari tertentu. Tidak begitu memberatkan kalau menyampaikan informasinya dari jauh-jauh hari.
“Mungkin pakaian adat khas dari suatu daerah, bisa disiapkan sekolah, yang jauh lebih optimal realisasinya. Dari pada menyerahkan ke orang tua masing-masing,” imbuhnya.
Lebih lanjut Ida mengatakan, penerapannya sendiri mungkin tidak bisa langsung di tahun ajaran baru, karena perlu persiapan matang.
Di sisi lain, Wakil Direktur 2 Pascasarjana UNISMA Rulam Ahmadi menyampaikan, pakaian adat tidak harus menjadi seragam yang digunakan setiap minggu. Mungkin bisa di momen tertentu.
“Pemerintah daerah perlu mencari solusi paling tepat dengan tidak memberatkan orang tua siswa. Penerapan pakaian adat menjadi seragam itu tergantung kondisi sekolah juga,” ujarnya.
Selain itu, memerlukan partisipasi masyarakat terutama berkaitan dengan kondisi ekonomi masing-masing orang tua yang berbeda. Salah satunya, orang tua menengah ke atas, bisa berkontribusi pada penerapan seragam tersebut. (FARICHA UMAMI)
Editor : Intan Refa, Kornelia Midun
Simak juga tema Idjen Talk lain:
