
CITY GUIDE FM – Cacar air atau chicken pox memang sudah tidak asing lagi di Indonesia. Penyakit yang timbul akibat infeksi varicella zoster virus (VZV) ini, dapat menyerang anak-anak maupun orang dewasa. Gejala yang timbul biasanya berupa ruam dan gatal pada kulit, demam ringan, hingga munculnya lenting pada seluruh tubuh dan wajah.
Ada banyak informasi yang beredar tentang penyakit satu ini. Melansir dari berbagai sumber, berikut ini beberapa mitos dan fakta tentang cacar air yang perlu kamu ketahui :
Hanya terjadi sekali seumur hidup
Pernyataan tersebut sebenarnya hanyalah mitos. Memang benar ketika kamu mengalami cacar air, tubuh akan memproduksi antibodi bernama immunoglobulin. Antibodi inilah yang akan melawan virus cacar seumur hidupmu.
Akan tetapi tidak semua orang memproduksi antibodi yang sama persis. Sehingga bisa saja efektivitas dan cara kerjanya berbeda. Hal inilah yang menyebabkan seseorang mampu terserang cacar air lagi.
Tidak boleh mandi
Banyak orang menganggap mandi dapat menyebabkan kulit melepuh. Hal ini pastinya tidak benar, sebab beberapa dokter setuju bahwa mandi sangat aman untuk penderita cacar. Bahkan mungkin mandi bisa membuat penderitanya merasa lebih baik.
Namun ingat jangan menggosok luka lepuh terlalu keras. Sebab khawatir terjadi perpindahan bakteri dari kuku ke luka yang dapat memperparahnya.
Tidak berbahaya dan tidak menyebabkan kematian
Jika dibiarkan, penyakit ini bisa saja berakibat fatal dan berujung kematian. Bahkan presentase kematian akibat cacar air pada anak usia di bawah 14 tahun mencapai 20 persen pada tahun 2020. Selain itu, cacar juga dapat menyebabkan berbagai komplikasi serius seperti radang selaput otak dan pneumonia yang dapat berujung kematian.
Losion calamin membantu meringankan gatal
Sebenarnya tidak ada bukti klinis yang menunjukkan kalau losion ini dapat menyembuhkan gejala cacar. Losion calamin hanya memberikan efek pendinginan sesaat losion ini menguap. Padahal efek tersebut sebenarnya malah memperburuk kondisi dan menjadikannya makin gatal.
Penulis : Alifia Nur Syafida (magang)
Editor : Intan Refa