Media Sosial Memicu Budaya Flexing Semakin Terlihat
Pendapat itu disampaikan Ketua Program Studi Magister Ilmu Komunikasi Fisip UB Maulina Pia Wulandari, waktu diskusi di radio City Guide Pagi tadi (14/03). Menurut Pia, sebenarnya budaya Flexing atau pamer kekayaan berlebih sudah ada sejak tahun 1990 an, hanya saja baru terlihat jelas setelah tren media sosial berkembang.
Pia menjelaskan, kalau dulu pamer kekayaan yang tau cuma inner circle tertentu saja, sekarang berkat media sosial semua orang bisa tau. Bahkan semua orang juga bisa langsung berkomentar, untuk memberi pengakuan.
Pia menegaskan, yang perlu diperhatikan, sebenarnya budaya flexing punya beragam tujuan. Diantaranya, untuk dipandang kaya, untuk memenuhi gengsi, untuk promosi diri menambah percaya diri, dan kadang juga untuk marketing supaya bisa mempromosikan produk tertentu. (ERIKA ROSA)
Sumber : City GuideĀ