Idjen TalkNews

Kota Malang Kekurangan Guru, Peminat Profesi Guru Rendah?

Idjen Talk edisi 7 Oktober 2024, “Kota Malang Kekurangan Guru SD? Bagaimana Solusinya?”

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Sekretaris Dinas Pendidikan Kota Malang Tri Oky Rudianto Prastijo mengungkapkan saat ini jumlah guru PPPK yang tersertifikasi sebanyak 193 orang. Sedangkan yang belum tersertifikasi ada 826 orang. Dari jumlah ini masih belum mencukupi kebutuhan tenaga guru di Kota Malang.

“Idealnya setiap sekolah dengan enam rombongan belajar, terdiri dari satu kepala sekolah, enam guru kelas, satu guru PJOK dan satu guru PAI. Tapi masih ada beberapa sekolah yang belum memenuhi titik ideal ini,” kata Tri.

Dia menambahkan sebenarnya Pemkot Malang sudah mengusulkan penambahan guru lewat PPPK ke pusat. Tapi tetap saja, keputusan ada di tangan pemerintah pusat. Kekurangan guru ini semakin banyak tiap tahunnya karena setiap bulan sedikitnya ada 5-10 guru yang pensiun.

Saat ini jumlah guru yang aktif sebanyak 2.285 orang. Maka untuk mengatasi kekurangan guru yang mencapai 100-200 orang ini, caranya dengan menggabungkan rombongan belajar.

“Contohnya ketika masuk pelajaran PJOK, satu guru bisa pegang langsung dua kelas,” kata Tri.

Anggota DPRD Kota Malang Rochmad menjelaskan sebenarnya pemerintah daerah sudah menganggarkan 27 persen ayau Rp 600 miliar dari APBD untuk pendidikan.

“Kami akan minta data ke dinas pendidikan di mana saja sekolah yang kekurangan guru untuk mengambil kebijakan. Salah satunya dengan mutasi guru,” kata dia.

Selain itu, perlu komunikasi juga dengan BKPSDM terkait kebutuhan guru pengganti bagi pendidik yang sudah pensiun. Menurutnya, peminat guru di Kota Malang masih tinggi dilihat dari jumlah pendaftar PPPK yang tergolong banyak.

Sebaliknya, Dosen Administrasi Pendidikan Universitas Brawijaya Abdul Qadir Muslim melihat realita anak muda sekarang sedikit yang berminat menjadi guru. Salah satu penyebabnya adalah gaji yang kecil dan masa depan kurang menjanjikan.

“Ini perlu perhatian pemerintah. Apalagi satu guru harus merangkap kerja, padahal setiap siswa memiliki metode belajar yang berbeda,” pungkasnya. (WL)

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button