NewsPemerintahan

Eksklusif! Wali Kota Sutiaji Blak-Blakan di Radio City Guide FM

wawancara eksklusif bersama Wali Kota Sutiaji
wawancara eksklusif bersama Wali Kota Sutiaji

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Tinggal menghitung hari lagi, tepatnya pada 24 September ini, Sutiaji akan melepas jabatannya sebagai Wali Kota Malang. Menjelang purna jabatan ini, Sutiaji melakukan kunjungan ke Radio City Guide FM, Jumat (15/9) pagi.

Dalam kesempatan itu, dia blak-blakan mengungkap semua hal dalam talkshow singkat. Saat itu dia mengenang masa saat hari pertama menjabat sebagai wali kota.

“Tapi malam sebelum pelantikan itu, saya berpikir, pantas ga saya dilantik, karena saya mendapat otoritas penuh. Maka kamu harus siap dengan beban berat yang harus kamu pikul,” ungkapnya.

Saat pertama kali menjabat, dia langsung menyapa para rekan media di Kota Malang. Karena menurutnya, media merupakan satu dari empat pilar demokrasi yang mempunyai nilai tinggi karena independent. Serta menjadi alat edukasi, literasi dan advokasi bagi masyarakat.

Sebagai seorang pemimpin, sudah sewajarnya mendapat kritikan dan sorotan dari masyarakat. Sutiaji menganggap itu adalah cara mereka mencintainya. Sambil tertawa dia berkata, selalu positif thinking.

“Maka paradigma yang saya bangun itu, ketika saya dikritik menurut saya ini adalah proses alam. Karena dinamika menuju satu titik itu perlu proses yaitu melalui kebijakan,” lanjut politisi Partai Demokrat itu.

Lalu, selama memimpin Kota Malang, sudah barang tentu Sutiaji sering melakukan audiensi dengan sejumlah kepala dinas. Namun belakangan, dia sering berkoordinasi dengan tiga orang yang dia sebut sebagai “Trio Kwek-Kwek”.

“Mereka itu Asisten 1 astu, Asisten 2 asta dan Asisten 3 astaga,” sebutnya sambil tertawa.

Ketiga asisten pemerintah ini yang selalu menjadi tempat berbagi ketika menemui masalah yang ada di Kota Malang. Kemudian, saat giliran membicarakan Tragedi Kanjuruhan mendadak suaranya tercekat, matanya berkaca-kaca.

“Saya minta maaf. Waktu itu saya ada di Surabaya, kena macet. Sehingga saya tidak bisa lihat pertandingan itu, padahal saya sudah punya tiket,” kenangnya.

Saat itu dia hanya mendengar bahwa Arema kalah. Tidak hanya itu, dia juga tidak biasanya mematikan ponselnya. Namun saat itu dia matikan ponselnya dan baru tahu peristiwa itu saat bangun malam. Mendengar kabar itu, dia bergegas menuju ke Polres Malang bersama istri dan anaknya.

“Mari kita doakan semua arwah diterima di sisinya dan bagi keluarga yang ditinggalkan mudah-mudahan hidup dengan ketabahan dan kesabaran,” harapnya.

Dua problem utama Kota Malang

Sutiaji juga membicarakan terkait dua problem utama Kota Malang yaitu banjir dan macet. Menurutnya, kunci mengatasi dua hal itu adalah kedisiplinan.

“Untuk mengentaskan kemacetan saya kira hanya ada dua jalan. Satu, infrastruktur dengan penambahan jalan baru dan kedua adalah manajemen rekayasa lalu lintas termasuk transportasi massal,” jelas pria berbaju batik itu.

Sebetulnya, pihaknya sudah menginisiasi moda transportasi umum yaitu LRT, sebelum pandemi COVID-19. Rencananya panjang LRT Kota Malang 31 km dengan trace yang sudah dia tentukan.

“Tapi karena cost-nya terlalu tinggi, ketika investasinya hanya segitu mau dilebarkan sampai Kepanjen dan Batu. Nah ini kan perlu bekerja bareng-bareng. Kemudian ada juga jalan ringroad barat dan itu sudah ada sebetulnya. Tentu karena itu proyek besar harus ada sentuhan dari pusat,” terangnya.

Sedangkan mengenai banjir, dia memprediksi tahun 2028 itu seharusnya sudah aman dengan masterplan yang sudah dia buat. Kemudian juga jacking yang ada di Galunggung, pihaknya juga tengah menunggu kasasi.

“Soehat juga kita ajukan dengan dana dari pusat, Rp 180 miliar dengan DED yang baru. Tapi kemarin pusat memastikan tahun 2024, saya minta agak cepat kalau bisa tahun 2023. Saat ini sudah kami lakukan pembuatan 2 embung, yang kurang lebih ada 32 persen pengurangan debit air, sambil ada sudetan,” terang Sutiaji.

Lantas, soal kegiatan pasca purna jabatan, Sutiaji mengaku aktif di berbagai organisasi. Mulai dari BKM, LPMK, PPK dan DPR Abadi alias dewan pengajian rutin.

“Jadi hiduplah kamu sebelum kematian yang sesungguhnya. Ketika kamu tidak berbuat baik maka sesungguhnya kamu sudah mati. Jadi orang yang hidup adalah orang yang berbuat baik,” ungkapnya.

Editor : Intan Refa

Simak di sini :

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x