DBD Kota Batu Meluas, Kita Harus Apa?
CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Pemkot Batu terus berupaya mencegah penyebaran kasus demam berdarah dengue di Batu. Dalam Idjen Talk bertajuk, “DBD Meradang, Harus Apa?“, Kabid Pencegahan dan Pengendalian Penyakit Dinas Kesehatan Kota Batu dr Susana Indahwati mencatat, ada 105 kasus Demam Berdarah Dengue (DBD), 101 kasus untuk Demam Dengue (DD) dan 8 kasus Demam Shock Syndrome (DSS) di Kota Batu.
“Demam berdarah tersebar merata di semua kecamatan di Kota Batu. Paling banyak di Kecamatan Batu,” ungkap dr Susana.
Pihaknya melakukan mitigasi berupa sosialisasi dan Pemberantasan Sarang Nyamuk (PSN) secara rutin. Selain itu, meski masyarakat sering menanyakan upaya fogging, pihaknya menegaskan itu sebagai langkah terakhir. Karena dampaknya bisa membahayakan manusia.
Baca juga :
Sementara itu, Dokter Casemix BRIMedika dr Gita Putri Santoso mengatakan, klasifikasi Demam Berdarah terbagi menjadi 3. Di antaranya DD, DBD dan DSS. Demam Dengue (DD), tingkatan terendah demam berdarah, pasien akan mengalami gejala seperti demam, nyeri seluruh badan, mual, muntah dan nyeri perut hebat.
“Untuk DBD, gejala sama dengan DD, yang membedakan di sini pasien akan mengalami kebocoran plasma darah,” kata dr Gita.
Selain itu, tingkatan terparah Demam Shock Syndrome (DSS), pasien bisa mengalami kegagalan organ tubuh.
“Pada fase awal pasien akan mengalami gejala demam sampai satu minggu. Pada hari ke 4 dan seterusnya, seringkali demam akan turun, tapi itu sebagai fase kritis dan tidak boleh lengah. Kalau kurang intensif mendapat perawatan bisa semakin parah,” kata dr Gita.
Lebih lanjut, pada kasus DBD pasien akan mengalami penurunan trombosit. Untuk meningkatkan angka trombosit, pasien harus mengonsumsi asupan yang mengandung asam folat, vitamin B12, vitamin C, vitamin K, daging merah dan sayuran warna hijau. (FARICHA UMAMI)
Editor : Intan Refa, Kornelia Midun
Simak juga tema Idjen Talk lain :