Catat Kunjungan, Disparta Kota Batu Terapkan Mobile Data Positioning

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Dinas Pariwisata (Disparta) Kota Batu melakukan transformasi besar dalam pendataan pariwisata. Tidak lagi hanya mengandalkan tiket sobek atau laporan manual, Disparta bakal menerapkan pencatatan kunjungan wisata dengan sistem digital berbasis Mobile Data Positioning (MDP).
Rencananya, hasil perdana dari metode ini akan mulai terlihat pada uji coba pada pertengahan Desember nanti. Kepala Disparta Kota Batu Onny Ardianto menyampaikan bahwa pencatatan manual selama ini belum sepenuhnya akurat memotret pergerakan nyata wisatawan.
“Untuk itu, perhitungan angka kunjungan akan diterapkan dengan sistem online. Yakni melalui mobile data positioning (MDP) bekerjasama dengan provider telekomunikasi. Insyaallah tanggal 11 Desember nanti kita sudah bisa mendapatkan penghitungan data pengguna tersebut,” ujarnya.
Ony menjelaskan, pendeteksian lewat gawai (gadget) wisatawan jauh lebih akurat. Sistem secara otomatis mendeteksi wisatawan yang masuk ke wilayah Kota Batu sekaligus mengidentifikasi asal daerahnya. Melalui algoritma khusus, sistem juga secara otomatis memisahkan (mengkurasi) pergerakan warga lokal agar tidak terhitung sebagai wisatawan.
“Tapi tetap, di samping itu, kami tetap meminta laporan kunjungan wisata konvensional dari objek wisata sebagai pembanding,” katanya.
Urgensi penggunaan data akurat ini tidak lepas dari fluktuasi tajam angka kunjungan. Onny melaporkan, hingga Desember 2025, data sementara kunjungan wisatawan berada di angka 5.034.000 orang.
Angka ini mengalami penurunan signifikan atau anjlok sekitar 50 persen dari tahun 2024 yang mencapai 10.852.787 wisatawan. Penurunan ini diduga imbas dari efisiensi anggaran pemerintah pusat yang berdampak pada daya beli dan kegiatan perjalanan dinas.
Namun, Ony mengungkapkan fakta menarik dari survei digital yang telah dilakukan. Meski jumlah kunjungan turun, kualitas belanja wisatawan (quality tourism) justru tinggi.
“Berdasarkan survei digital via WA Blast terhadap 1.000 responden, rata-rata pengeluaran wisatawan di Batu mencapai Rp6,2 juta per kunjungan dengan durasi rata-rata 2,86 hari. Sedangkan belanja harian rata-rata sebesar Rp2,1 juta,” paparnya.
Data ini mencakup tiket, akomodasi, kuliner, hingga oleh-oleh. Artinya, meski yang datang berkurang, mereka yang berwisata ke Batu adalah segmen yang siap membelanjakan uang dalam jumlah besar.
Penerapan teknologi digital juga memungkinkannya membedah profil wisatawan secara detail. Dari analisis media sosial dan API publik, mayoritas wisatawan yang membicarakan dan berkunjung ke Kota Batu berada di rentang usia 22 sampai 30 tahun (Gen Z dan Milenial).
“Untuk asal wisatawan, dominasi masih dari Jawa Timur, Jawa Barat, dan Jawa Tengah. Sementara untuk mancanegara, terbanyak dari Malaysia, Filipina, dan Singapura,” tambahnya.
Analisis sentimen di media sosial juga menunjukkan tren positif. Dari ribuan percakapan di TikTok, Instagram, dan X (Twitter), mayoritas memberikan respon “Sangat Baik” terhadap layanan wisata di Kota Batu. Terutama terkait destinasi wisata alam dan akomodasi.
Dengan paduan dua skema penghitungan (Manual dan MDP), pihaknya berharap evaluasi kebijakan di tahun 2026 bisa lebih presisi.
Reporter: Asrur Rodzi




