Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 60 : Pertarungan Dua Srikandi Cagub

Blues Spirit Sesi 60 : Pertarungan Dua Srikandi Cagub

Ini sekarang proses Pilkada serentak semakin hangat bergulir. Sehingga nanti pada saat 22 September, pada saat diumumkan siapa calon resmi, mungkin kita sudah tidak terkejut lagi.

Tinggal kita komentari, menarik atau biasa saja. Menarik bukan pada prospek kemajuan atau kesejahteraan yang ditawarkan calon. Bukan juga pada konsep, ke mana arah dan sikap budaya daerah hendak dikuatkan.

Juga tidak pada keteguhan, siapa yang paling mungkin membuktikan janji kampanye. Bukan itu!

Karena soal-soal seperti itu, soal kapasitas, integritas, moral, intelektualitas serta moral dan adab calon, harus kita yang cari tahu sendiri.

Waktu yang pendek ini, sulit bisa mengenali lebih dalam. Siapa sesungguhnya orang-orang yang gambarnya sekarang sudah dipaku di pohon-pohon hidup, di tiang-tiang jalan, di sudut-sudut ruang tanpa peduli estetika.

Menarik yang saya maksud di sini adalah kalau ada calon hebat yang diusung partai kecil dengan koalisi sedikit. Atau yang independen. Atau yang tampil head to head menjadi pihak antara yang didukung oleh partai penguasa versus yang didukung oleh oposisi.

Tetap akan ada koalisi gemuk yang berpusar pada penguasa dan juga yang kaya pembeli suara yang membuat pemilih menjadi pragmatis. Menjadi rusak daya nalarnya, rusak idealismenya karena digerojok uang atau pemberian sesaat.

Nah, di antara yang menarik itu adalah untuk calon Gubernur Jawa Timur. Itu kalau misalnya yang bertarung pasangan incumbent Khofifah-Emil Dardak versus Risma Harini-Marzuki Mustamar.

Kalau itu terjadi bisa disebut bertarungnya Dua Srikandi Jatim. Apalagi keduanya tidak bisa akrab sejak lama.

Bisa juga disebut pertarungan calon penguasa versus calon oposisi. Khofifah selain incumbent, juga berada di pusaran kekuasaan.

Gibran, Wapres terpilih, minggu lalu di Surabaya menyatakan akan mendukung. Karena Khofifah telah membantunya pada pemenangan Pilpres dulu. Ada pun Risma Harini jelas bersama PDIP dan para koalisi yang sedang ditimbang-timbang.

Kalau lalu Marzuki Mustamar yang digandeng sebagai Cawagub — dan Marzuki bersedia –, itu menjadi lebih jelas garis oposisinya. Karena Marzuki pernah turun sebagai Ketua NU Jatim karena pilihan politiknya berbeda dengan penguasa saat Pilpres kemarin.

Jatim akan direbut oleh siapa pun karena menjadi salah satu kunci penentu arah politik nasional, termasuk untuk suksesi 5 tahun mendatang. Maka itu, PDIP masih terus menggodog calon lain.

Misalnya ada Azwar Anas, mantan Bupati Banyuwangi yang sekarang menjabat sebagai Menpan RB itu. Juga Pramono Anung, senior PDIP dan menjabat Seskab itu. Pendeknya, siapa pun akan dipertaruhkan untuk bisa menang.

Banyak nama dijaring. Bahkan nama mantan Wali Kota Sutiaji pun masuk dalam bursa ini. PKB juga tidak tinggal diam. Ketua Umumnya Muhaimin Iskandar, mantan Cawapres itu disebut-sebut akan maju gubernur.

Katanya untuk mengisi kekosongan waktu, menunggu Pilpres 2029. Apa pun orientasinya PKB cukup punya daya, karena kursi barunya untuk provinsi 27. Bertambah dua kursi dari hasil pemilu sebelumnya.

Kita tahu untuk maju Gubernur Jatim hanya perlu 24 kursi saja. PDIP yang malah turun. Dulu punya 25 kursi, sekarang tinggal 19.

Nah, bagaimana untuk daerah kita, Malang Raya? Apakah juga akan bertarung, mereka yang pintar ngomong, bekerja hanya dengan kata-kata melawan yang pintar marah-marah, drama-drama tapi bisa juga membuktikan kerja.

Atau mendapat rezeki punya calon pemimpin yang bisa membawa arah kehidupan yang lebih baik, menguatkan karakter dan identitas, mengerti plan dan plot, paham prioritas.

Atau yang sluman-slumun, tidak paham adab, kurang punya moral, tapi punya duit. Kitalah penentunya…

Imawan Mashuri

Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x