Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 59 : Cabe dan Bawang Putih dari Malang Raya

Blues Spirit Sesi 59 : Cabe dan Bawang Putih dari Malang Raya

Pekan ini, logika waras kita ditantang untuk berpendapat, sekaligus ditakar, seberapa pintar kita menemukan hikmah.

Persoalannya ini…

Indonesia impor cabe, bawang putih, gandum bahkan garam dari Singapura. Sekali lagi, impor dari Singapura, dari negara yang luasnya tidak sampai seperempatnya Kabupaten Malang.

Singapura luas wilayahnya hanya 730 km persegi sedangkan Kabupaten Malang 3.531 km persegi.
Bayangkan!

Kabar ini direlease oleh CNBC Indonesia, mengutip Badan Pusat Statistik, dalam releasenya beberapa hari lalu. Impor, apapun impornya dari Singapura itu, selama 4 tahun terakhir, sejak tahun 2020 sampai 2024 ini, menyebabkan defisit 18,91 miliar dollar.

Artinya, barang yang kita jual atau ekspor ke Singapura, lebih rendah dibanding impor kita dan menyebabkan defisit sebesar itu.

Pertanyaannya, apa Singapura menanam cabe, bawang putih, gandum dan bikin garam? Negara yang luasnya hanya sekitar 9 kecamatan dari 33 kecamatan yang dimiliki Kabupaten Malang itu, jelas bukan penghasil pertanian.

Penduduknya saja, yang berjumlah 6 juta itu, masih terus haus perluasan tanahnya. Haus reklamasi dari tanah dan bukit-bukit milik Indonesia yang menonjol terabaikan di sekitar Singapura. Yang mungkin saja bisa disedot dari laut, untuk dialirkan menjadi reklamasi Singapura.

Pertanyaannya, kok bisa dia ekspor pertanian?! Di sinilah logika waras kita ditantang untuk menjawab. Siapa yang beli? Kenapa tidak beli dari sumbernya? Dan pertanyaan-pertanyaan berikutnya.

Jawabannya, kalau yang menjawab media atau wartawan, atau pers, pastilah melalui investigasi. Tapi tahukan kita semua, bahwa hasil investigasi jurnalistik nanti, akan dilarang untuk ditayangkan.

Setidaknya itu rancangan dalam RUU Penyiaran, yang sudah diprotes oleh Dewan Pers, oleh komunitas-komunitas jurnalis di berbagai daerah, termasuk di Malang Raya beberapa waktu lalu.

Itu satu sisi. Sisi lain, kita kembali ke Malang Raya. Kalau sudah mengerti bahwa negara impor cabe, bawang putih, bahkan beberapa waktu lalu dalam Blues Spirit Sesi 58, kita sudah bahas Malang yang terkenal dengan tempenya, tapi kedelainya impor itu, bisa berbuat apa untuk ikut memenuhi kebutuhan-kebutuhan tersebut?!

Padahal ada dua keuntungan sekaligus kalau bisa menjadi penyedia kebutuhan itu yaitu kontribusi untuk negara dan keuntungan untuk daerahnya.

Tapi apa kita semua pernah melihat atau cukup pernah mendengar sajalah, bahwa kepala daerah kita, yaitu Bupati Malang, Wali Kota Malang dan Wali Kota Batu, berembuk menangkap peluang. Sekaligus memberi kontribusi mengatasi persoalan yang mendasar? Apa pernah?

Lihatlah lahan Malang Raya, di sepanjang lereng Arjuno ke selatan dan timur. Atau di lereng Bromo, irisan Lumajang ke selatan dan barat atau lahan-lahan tidur lain yang masih bisa diolah, sambil memanfaatkan pengangguran yang terus meningkat itu.

Mudah-mudahan, dalam pilkada serentak 5 bulan lagi, Tuhan mengirim kepala daerah yang cerdas, peduli dan bisa mampu kolaborasi untuk kemajuan Malang Raya. Untuk Indonesia. Terutama untuk kemaslahatan rakyatnya.

Bukan yang kolaborasi dengan oknum wakil rakyat untuk sekadar cari untung, mengutil dana anggaran.

Imawan Mashuri

Arek Malang, Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x