Blues SpiritNews

Blues Spirit Sesi 50 : Ganjil Tapi Genap

Blues Spirit Sesi 50

Sesi 50 ini adalah sesi genap secara angka. Tapi banyak keganjilan secara realita. Apalagi di tahun politik ini.

Keganjilan itu antara lain, adanya beberapa pemimpin yang biasa berkata tidak, padahal iya. Mengatakan ke kanan, padahal ke kiri. Ujungnya, sampean tahu sendiri.

Demokrasi terus diuji. Sistem, yang bertumpu pada kedaulatan rakyat itu -yang dari rakyat, oleh rakyat dan untuk rakyat- menunjukkan ekspresinya sendiri-sendiri dalam berimplementasi.

Di negara kiblat demokrasi yaitu Amerika, sekarang ada yang mulai ragu. Justru dari wakil tertinggi rakyatnya, Ketua Parlemen yang saat ini menjabat, Mike Johnson.

Fundamentalis dari Partai Republik berusia 51 tahun itu mengatakan mayoritas yang menang, tidak selalu menjadi keputusan terbaik.

Simak juga :

Kita lalu teringat karya besar pendiri negeri ini, yang menuangkan sikap demokrasinya melalui UUD ’45. Yang tumpuannya adalah musyawarah. Oleh para wakil yang berintegritas.

Dasar falsafahnya, “Kerakyatan yang dipimpin oleh hikmah kebijaksanaan dalam permusyawatan perwakilan”.

Founding fathers kita itu begitu luar biasanya menghitung masa depan. Bahwa jika demokrasi one man one vote terlalu diutamakan, bisa berkecenderungan individualis, kapitalis dan transaksional.

Tapi UUD ’45 kita telah mengalami amandemen empat kali. Terakhir 2002, dan melahirkan sistem pemilu one man one vote, plus presidential dan parliamentary threshold.

Dan sekarang sedang mengalami fase baik buruknya. Segera akan kita lanjutkan untuk periode keempat pada 2024 nanti.

Kita semua sekarang, sudah bisa menilai dan merasakan, apa bagusnya dan apa buruknya. Sistem demokrasi di dunia, saat ini sudah berusia 2.530 tahun. Didirikan oleh Cleistenes untuk Athena, Yunani, pada tahun 507 SM.

Lalu dianggap menjadi model yang paling ideal untuk negara. Terutama karena Abraham Lincoln, Presiden AS 1861-1865, begitu gemilang mendemokrasikan AS secara kaffah.

Demokrasi dipuja di seluruh dunia. Sampai saat ini. Terutama karena pembelaannya kepada hak asasi manusia dan kesetaraan. Rakyat adalah pemilik kedaulatan.

Dalam kekuasaan pemerintahan, rakyat dilibatkan. Demokrasi bermaksud mencegah korupsi, kolusi dan nepotisme. Berlawanan atau merupakan antitesis dari sistem kerajaan, yang membuat rakyat sekadar penghamba.

Demokrasi di setiap negara punya ekspresinya sendiri-sendiri. Bergantung tabiat penguasanya. Maka, bagaimanakah demokrasi di negerimu?!

Budayawan Mustofa Bisri atau Gus Mus, membaca puisi di Taman Budaya Surakarta 31 Oktober lalu. Ini puisinya :

Ada sirup rasa jeruk dan durian

Ada kripik rasa keju dan ikan

Ada republik rasa kerajaan.

Imawan Mashuri

Founder Arema Media Group, JTV dan beberapa media di Indonesia.

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio


x