Derita Peternak Ayam di Kota Batu

CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Peternak ayam Kota Batu Rully Wicaksono mengaku ada tekanan besar yang dirasakan peternak lokal akibat melimpahnya pasokan telur dari luar daerah. Kondisi itu menyebabkan harga telur anjlok dan membuat peternak kesulitan menutupi biaya produksi, terutama pakan yang harganya terus meroket.
“Jika mengubah jenis pakan dari jagung ke tepung olahan, justru menyebabkan penurunan produktivitas ayam petelur,” kata Rully.
Memang ada upaya untuk mencari alternatif seperti menggunakan limbah sayur fermentasi. Tapi menurutnya, hal itu masih perlu pengawasan supaya tidak berdampak buruk pada kesehatan ayam dan hasil telur.
Kepala Bidang Peternakan dan Perikanan Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kota Batu Sri Nurcahyani Rahayu menjelaskan pentingnya membangun kemandirian dalam produksi pakan ternak. Kata Ani, ketergantungan terhadap impor pakan membuat harga fluktuatif dan sulit terjangkau oleh peternak kecil.
“Sehingga, saat ini pemerintah tengah mendorong optimalisasi lahan untuk ditanami jagung sebagai bahan baku utama pakan,” kata Ani.
Selain itu, dia mengklaim bahwa pemerintah daerah telah memberikan subsidi dan melakukan intervensi pasar. Maka dari itu, pihaknya mendorong peternak untuk berinovasi mencari alternatif pakan lokal, seperti dari bahan herbal atau limbah yang diformulasi secara higienis. Menurutnya, kemandirian pakan bisa berpengaruh pada penopang ekonomi lokal maupun nasional.
Wakil Ketua DPRD Kota Batu Ludi Tanarto melihat ada ketimpangan antara peternak kecil dalam menghadapi dominasi perusahaan integrator besar. Persaingan itu membuat peternak lokal semakin tersingkir dari pasar.
“Tingginya harga pakan dan anjloknya harga telur sudah membuat banyak peternak kehilangan optimisme. Sehingga, kami mendorong agar pemerintah pusat dan daerah segera mengambil langkah. Seperti pengendalian impor pakan, penyaluran subsidi hingga kebijakan kuota yang lebih ketat,” jelas Ludi.
Pihaknya mengaku siap memperjuangkan aspirasi peternak kepada pemerintah pusat. Menurutnya, kalau peternak lokal terus berjuang sendiri, maka lambat laun mereka akan hilang. (FARICHA UMAMI)
Editor : Intan Refa