CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Belum lama ini, warga Desa Tlekung menyambut gembira tatkala Pemkot Batu menutup TPA Tlekung yang telah mencemari wilayahnya. Ini merupakan imbas kurang maksimalnya sistem pengolahan sampah. Untuk itu, pilah dan olah sampah menjadi salah satu upayanya.
Dosen Ilmu Lingkungan Sekolah Pascasarjana Universitas Brawijaya, Koderi melihat permasalahan sampah di Kota Batu menjadi lebih serius setelah penutupan di TPA Tlekung. Menurutnya, yang perlu ambil peran di sini bukan hanya DLH Kota Batu saja, tapi juga seluruh masyarakat.
“Sampah dalam pengolahannya harus aman untuk manusia dan lingkungan. Walaupun akan melakukan pembakaran secara terbuka, maka perlu perhatikan kaidah-kaidah teknisnya,” jelasnya.
Baca juga :
Pengolahan sampah yang kurang tepat bisa berbahaya untuk kesehatan, bisa memicu kanker dan cacat lahir. Kepala Bidang Pengelolaan Persampahan dan Limbah B3 DLH Kota Batu Vardian Budi Santoso mengatakan pihaknya sudah mensosialisasikan kepada masyarakat soal olah sampah, dari lingkup rumah tangga.
Tapi sekarang yang jadi permasalahan adalah soal residu sampahnya. Untuk itu, pihaknya berkoordinasi dengan DLH Kabupaten Malang untuk kerjasama terhadap sampah residu.
Di sisi lain, Ketua TPS 3R Jalibar Berseri Desa Oro-Oro Ombo Titik Setyowati melihat ada peningkatan sampah yang masuk ke TPS 3R pasca penutupan TPA Tlekung. Dari semula rata-rata 2 ton menjadi 8 ton. Akhirnya, dia melakukan pelebaran lahan, supaya sampah yang masuk ada tempat.
TPS yang dia kelola, akan mengolah sampah yang masih memiliki nilai ekonomis. Pengolahannya bisa berupa daur ulang seperti sabun eco enzim, lilin dari minyak jelantah, termasuk kompos.
“Kami butuh bantuan mesin pengepresan, supaya sampah-sampah yang masuk itu fokus residunya bisa tertangani. Mengingat sekarang ini cukup banyak memakan waktu dan tenaga yang banyak karena masih manual untuk pengepresan sampah,” kata Titik. (WL)
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain :
