NewsPemerintahan

Warga Arjosari Tolak Premanisme, Setujui 7 Kesepakatan


Aksi damai warga Kelurahan Arjosari tolak premanisme. (Foto : Heri Prasetyo)
Aksi damai warga Kelurahan Arjosari tolak premanisme. (Foto : Heri Prasetyo)

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Insiden kekerasan yang menimpa seorang anggota TNI AL beberapa waktu lalu, cukup membuat warga Kelurahan Arjosari merasa gerah. Kejadian ini adalah muara dari budaya premanisme di kawasan Terminal Arjosari.

Sejumlah warga Kelurahan Arjosari bersama pengelola Terminal Tipe A Arjosari Malang satu suara menyatakan sikap tegas menolak segala bentuk premanisme dan tindakan anarkis di kawasan terminal. Hal ini tertuang dalam aksi damai dan pertemuan yang menghasilkan tujuh butir kesepakatan untuk menjaga keamanan dan kenyamanan lingkungan terminal.

Kepala UPT Terminal Arjosari Mega Perwira Donowati mengungkapkan bahwa aksi warga ini merupakan bentuk dukungan terhadap upaya terminal menciptakan lingkungan yang bersih dari premanisme.

“Mereka ingin terminal terbebas dari premanisme dan aksi anarkis oleh pihak-pihak yang tidak bertanggung jawab,” ujar Mega, Selasa (1/7/25).

Dari pertemuan tersebut, akhirnya disepakatilah tujuh poin penting. Antara lain pertama, menolak terhadap segala bentuk premanisme di dalam dan sekitar terminal.

Kedua, rencana pengembangan Terminal Arjosari menjadi terminal wisata yang melibatkan UMKM warga sekitar. Ketiga, pembentukan grup komunikasi WhatsApp antara pengelola terminal, Ketua RW, LPMK dan Lurah untuk transparansi kegiatan.

Keempat, penegasan zona merah untuk ojek online (ojol) hanya di area depan terminal. Kelima, penjadwalan pertemuan antara warga dan Dinas Perhubungan Kota Malang.

Keenam, dialog rutin antara warga dan pihak perusahaan otobus (PO). Ketujuh, pengadaan kegiatan keagamaan bersama warga untuk mempererat silaturahmi.

Lebih lanjut, Mega menegaskan akan mengambil langkah konkret untuk memberantas premanisme. Salah satunya adalah pendataan ulang terhadap mandor dan jupang, serta pemeriksaan rutin untuk memastikan mereka berasal dari perusahaan resmi.

“Kami akan mendata ulang semua mandor dan jupang. Jika ditemukan tidak resmi, maka akan langsung dikeluarkan dari terminal,” tegasnya.

Untuk membedakan petugas resmi dan liar, pihaknya akan memberlakukan penggunaan rompi khusus beridentitas perusahaan bagi mandor dan jupang resmi.

Sementara itu, Koordinator Aksi Warga Arjosari Ali Said menyampaikan bahwa masyarakat setempat menyesalkan insiden kekerasan yang terjadi sebelumnya. Ia menegaskan bahwa pelaku bukanlah warga Kelurahan Arjosari.

“Korban dari kejadian kemarin adalah tokoh masyarakat yang selama ini aktif membina warga. Ini membuktikan bahwa warga Arjosari cinta damai, bukan pelaku premanisme,” ujar Ali.

Dalam hal pelaporan dan penindakan ke depan, kata Ali, ia akan komunikasi melalui grup yang sudah terbentuk dan melibatkan pihak keamanan seperti Polsek dan Koramil untuk respon cepat.

Langkah sinergis ini harapannya menjadi titik balik lingkungan terminal yang lebih aman, nyaman, dan ramah bagi semua pengguna jasa transportasi.

Reporter : Heri Prasetyo

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button