CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Staf Pengelola Program Kesehatan Jiwa Dinas Kesehatan Kabupaten Malang Imam Ghozali mengutarakan bahwa 313 anak mengalami gangguan jiwa yang mengarah ke anxiety. Padahal itu baru 34 persen anak-anak di Kabupaten Malang yang telah menjalani skrining, atau sebanyak 7.602 anak.
Sasaran skrining ini adalah anak-anak berusia di bawah 18 tahun dengan mengisi kuesioner secara online. Melihat data ini, Dinas Kesehatan Kabupaten Malang melakukan skrining langsung ke sekolah-sekolah melalui puskesmas setempat.
“Yang jadi tantangan saat ini memang sumber daya manusia dari dinas kesehatan dan puskesmas yang terbatas. Sehingga belum bisa menyasar seluruh lapisan masyarakat,” kata Imam.
Baca juga :
Meski begitu, pihaknya mengupayakan agar setidaknya 60 persen anak-anak di Kabupaten Malang telah menjalani skrining. Melihat data memprihatinkan ini, Dosen Psikologi Universitas Merdeka Malang Al Thuba Septa menganggap situasi ini tidak jauh dari kondisi keluarga.
“Disfungsi keluarga menjadi alasan utama anak mengalami depresi. Seperti keluarga broken home, atau pun orang tua yang terlalu sibuk dengan urusannya,” kata Septa.
Padahal pada dasarnya, anak itu sangat membutuhkan quality time bersama keluarga intinya. Sehingga mereka memiliki waktu untuk ngobrol dan bertukar pikiran. Situasi seperti ini akan menciptakan ruang anak untuk leluasa bercerita kepada orang tua.
Maka dia bisa menyampaikan ekspresi atau meluapkan perasaannya saat ini yang dapat membuat mentalnya tetap terjaga. Bagaimana pun ekspresi maupun emosi yang tidak tersalurkan dengan baik, ibarat bom waktu yang akan meledak kapan saja. (WL)
Editor : Intan Refa
