Urbanisasi : Kota Tumbuh, Siapkah Malang Menampung?

CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Kepala Bidang Litbang Bappeda Kota Malang Yogi Hanoyo Waseso mengatakan ada tren global peningkatan urbanisasi di negara berkembang. Berdasarkan data BPS, pertumbuhan penduduk di Kota Malang akan semakin masif selama 20 tahun ke depan.
“Akan ada peningkatan jumlah penduduk, dari 879 ribu pada tahun 2025 menjadi 968 ribu pada tahun 2045,” kata Yogi.
Dalam menghadapi tantangan urbanisasi ini, Bappeda Kota Malang menerapkan strategi perencanaan melalui pengaturan tata ruang yang responsif terhadap perubahan demografi. Optimalisasi pengendalian pemanfaatan lahan dan pengembangan infrastruktur dilakukan secara bertahap dengan mempertimbangkan kemampuan fiskal daerah.
Dosen Perencanaan Wilayah dan Kota Universitas Brawijaya Fauzul Rizal Sutikno berpendapat, urbanisasi di Kota Malang mempunyai karakteristik unik. Di mana sebagian pendatang, justru membawa potensi ekonomi yang tinggi.
“Masyarakat Kota Malang memiliki tingkat adaptasi yang tinggi dalam menghadapi berbagai tantangan perkotaan. Keunikannya terletak pada kemampuan penduduk lokalnya dalam menularkan rasa bangga terhadap kota kepada para pendatang. Sehingga menciptakan ikatan kuat antara warga dan kotanya,” jelas Rizal.
Di sisi lain, tantangan birokrasi dalam beradaptasi dengan isu-isu perkotaan terbaru malah cenderung lebih lambat. Hal ini akibat kompleksitas sistem birokrasi yang harus mengikuti berbagai peraturan dan koordinasi yang rumit.
Sementara itu, Dosen Sosiologi UMM Moch Aan Sugiharto menambahkan walaupun SDM yang masuk ke Kota Malang punya kualitas yang baik, mayoritas mereka mahasiswa yang tinggal sementara. Lalu akan kembali ke daerah asal setelah studi selesai.
“Akibat urbanisasi, terjadi perubahan sosial yang signifikan di Kota Malang. Di mana solidaritas masyarakat bergeser dari solidaritas mekanik, menjadi solidaritas organik,” kata Aan.
Fenomena ini terlihat dari maraknya kos-kosan yang hanya berorientasi profit tanpa memperhatikan aturan dan nilai sosial. Aan khawatir, jika tidak ada pengendalian, image “Malang Gaya Bebas” akan semakin menguat dan dapat mengancam reputasi Kota Malang sebagai Kota Pendidikan. (AN)
Editor : Intan Refa