NewsOlahraga

Sosok di Balik Gacornya Atlet Gulat Kota Batu

Wahyu Tri Sulistiyono Asih bersama anak asuhannya yang berhasil raih medali emas. (Foto : Asrur Rodzi)
Wahyu Tri Sulistiyono Asih bersama atlet gulat asuhannya yang berhasil raih medali emas. (Foto : Asrur Rodzi)

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Di balik keberhasilan cabor gulat Kota Batu yang berhasil menyabet dua medali emas, ada sosok perempuan yang menjadi guru dari para atlet. Dia adalah Wahyu Tri Sulistiyono Asih yang lebih kerap dipanggil Bu Asih oleh anak asuhannya.

Tidak seperti atlet yang bertubuh gempal, Asih ini memiliki berat badan 50kg, jauh di bawah anak asuhannya yang rata-rata berbobot 60-130 kg. Sebelum menjadi pelatih gulat atau lebih tepatnya pembimbing, ia merupakan guru di SDN Ngaglik 2, Kota Batu.

Waktu itu, sekitar tahun 2018, ada salah satu rekannya memintanya mencari calon atlet gulat. Bermodal pengamatan terhadap para muridnya, ia mulai menjadi semacam pemandu bakat yang mencetak cikal bakal atlet yang kelak mendominasi Porprov.

“Saya memberanikan diri menyampaikan ke Rahmat Camp Pakisaji, pusat pelatihan gulat Jawa Timur. Jadi saya bawa anak-anak naik mobil saya sendiri,” jelas Asih.

Mungkin ini bukan soal ukuran tubuh, melainkan soal konsistensi. Saat awal-awal, ia mengendarai sepeda motor mengantar calon atlet ke tempat latihan. Lama-lama motor itu berganti mobil.

Bahkan, kursi penumpang dalam mobil Daihatsu Espass miliknya dilepas dan diganti dengan kasur. Agar muat membawa 15 anak. Dengan mobil itu, Asih mengantar mereka latihan dari pukul 15.00-23.00 WIB.

“Setiap hari. Kalau atlet senior latihan dari jam 3 sampai jam 6 sore. Sedangkan atlet junior dari jam 6 sampai kadang-kadang jam 11 malam,” terangnya.

Di tempat tersebut, para atlet digembleng oleh pelatih-pelatih terbaik di Jawa Timur untuk menjadi atlet profesional. Kapasitas Asih bukan pada teknik, melainkan pada kemampuan melihat potensi, lalu mendekatkan potensi itu dengan kesempatan dan konsistensi latihan.

Kini, total ada 35 atlet yang berlatih di bawah bimbingan Asih, mulai dari anak TK hingga mahasiswa. Sebagai guru, tentu saja ia tetap menekankan pentingnya pendidikan. Dalam pelatihan gulatnya, ia mewajibkan para atlet untuk tetap mengejar pendidikan tinggi.

“Karena saya dasarnya guru, atlet-atlet saya wajib kuliah,” tegasnya.

Program 1.000 Sarjana yang digulirkan oleh Pemkot Batu di bawah kepemimpinan Nurochman dimanfaatkan betul oleh Asih sebagai jalan para atletnya untuk melanjutkan pendidikan. Menurutnya, semua atlet gulat yang ia bina mendaftar ke dalam program tersebut.

“Di kepengurusan gulat sini, kami tidak pernah hanya mengejar prestasi olahraga. Kami juga berusaha menyiapkan masa depan anak-anak. Salah satunya dengan membantu mereka menata keuangan agar bisa kuliah di tempat yang mereka inginkan,” jelasnya.

Kini, sekitar 10 atlet dari kontingen Kota Batu telah berstatus sebagai mahasiswi. Beberapa bahkan berhasil meraih “tiket emas” untuk masuk ke universitas seperti Universitas Budi Utomo hingga Universitas Negeri Malang.

Reporter : Asrur Rodzi

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button