
CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Hilman Wanandi menjadi salah satu atlet breakdance yang sempat menyumbang emas pada Porprov VII Jatim 2022 lalu. Pemuda asli Lamongan ini kini menjadi salah satu mentor atlet breakdance untuk melatih junior-juniornya.
Nandik mulai menaruh minatnya pada dunia breakdance sejak duduk di bangku SMP. Semula dia hanya mencoba berlatih secara otodidak. Minatnya itu pada akhirnya membawanya menemukan sebuah komunitas breakdance di Lamongan.
Tanpa pikir panjang, ia memutuskan untuk bergabung. Akan tetapi, kegemarannya ini ternyata mendapat reaksi penolakan dari kedua orang tuanya.
“Karena keluarga saya cukup agamis. Di mana dance itu stigmanya masih jelek gitulah. ‘Ngapain ikut dance, joget apa itu’,” ujarnya.
Akan tetapi, Nandik tetap berkeras untuk terus berlatih dan belajar bersama-sama anggota komunitas sampai ia berkuliah di Kota Malang. Karena ketekukannya ini, akhirnya berbuah prestasi.
“Alhamdulillah di Pro Jam, uangnya (menang kompetisi) sebagian saya kasih buat orang tua. Sebagiannya buat saya bayar sekolah sendiri. Sejak itu, orang tua mulai menerima bahwa breakdance itu bisa membantu finansial,” lanjutnya.
Tidak berhenti di situ, Nandik pun berhasil meraih serentetan prestasi pada sejumlah kompetisi. Antara lain medali emas pada Porprov VII Jatim 2022, juara 1 LA Streeball Breaking Battle Champion, juara 2 Battle Flag Point di Jepang.
Untungnya, event di Jepang tersebut, Nandik mendapatkan sponsor penuh dari sebuah brand fashion yang membiayai seluruh akomodasinya. Mulai tiket pesawat, hotel dan lain-lain.
Ia menjelaskan breakdance atau breaking memiliki karakterisik tarian yang lebih ekstrim dan perlu teknik khusus. Bahkan, setiap atlet breaking ini harus menciptakan sendiri style dan koreo dancenya.
“Jadi di breaking itu ada namanya set atau koreo. Pasti kita punya koreo yang beda, tiap orang harus beda. Harus bikin gerakannya sendiri, tidak boleh nyontek atau plagiasi. Karakteristikku sih mostly ngeflow, sama ada sisi tajam patah-patah dan karena aku cukup fleksibel, itu jadi senjataku juga,” kata Nandik.
Biasanya, ia dapat inspirasi dari atlet breakdance lain di luar negeri atau bahkan saat melamun. Sehingga, ketika inspirasi datang, ia langsung mencatat atau merekamnya dalam bentuk voice memo.
Tentu, ide-ide koreo itu juga harus beriringan dengan latihan yang disiplin dan konsisten. Apalagi saat menjelang pertandingan besar seperti Porprov atau PON.
“Kalau orang lain latihan seminggu 2-3 kali. Saya bisa mungkin tetep 3 kali tapi paginya saya ada sesi latihan sendiri untuk workout fisik. Jadi pagi habis subuh saya ke tempat latihan fisik untuk melatih otot, lalu jam 6 saya balik, sekolah. Habis sekolah latihan regular lagi sama teman-teman, terus malamnya masih latihan lagi di gym atau studio lain,” papar pemuda 25 tahun ini.
Saking ekstremnya gerakan dancenya, tak jarang ia pernah mengalami cedera pada beberapa anggota tubuhnya. Seperti yang ia alami saat PON tahun 2024 di Medan.
“Waktu PON saya sempet cedera di tulang rusuk bagian belakang sama di bahu kiri. Kayaknya karena dulu itu sering ada gerakan yang diulang-ulang. Jadi memang di breaking itu untuk dapat satu gerakan itu, kita perlu drilling, konsisten mengulang gerakan sampai 100 kali. Bahkan satu bulan dua bulan itu kita baru dapat satu gerakan,” lanjutnya.
Dari Nandik, kita bisa melihat betapa dukungan sponsor itu sangat mempengaruhi prestasi atlet. Tidak hanya cabor dancesport tapi juga cabang olahraga lain. Kita tentu berharap, akan sangat luar biasa jika kita bisa melihat atlet Kota Malang mampu bersinar di level internasional.
Editor: Intan Refa




