CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Merujuk data Satlantas Polres Malang, pada tahun 2023 sekitar 40 persen atau 583 dari total korban kecelakaan didominasi kalangan remaja. Mulai dari usia belasan hingga tiga puluh tahun. Dalam Idjen Talk yang bertajuk “Remaja, Jadi Mayoritas Korban Kecelakaan Di Malang, Kenapa?“, Kanit Kamsel Polres Malang Ipda Adnan Khohar mengaku sudah melakukan pemetaan.
“Wilayah yang rawan pelanggaran lalu lintas, ada di Basuki Rahmat Sumberpucung, Mangliawan Pakis, dan di sekitar Turen. Untuk daerah rawan kecelakaan ada di Kepuharjo, Karangploso, dan Pakisaji,” ujarnya.
Pihaknya bersama dengan jajaran dishub, juga membantu dalam pemenuhan rambu-rambu lalu lintas. Tidak hanya itu, pihaknya juga bekerjasama dengan dinas pendidikan, untuk memasukkan materi tertib berlalu lintas dalam kurikulum.
Baca juga :
“Sejauh ini sudah mulai melakukan uji coba di SMP Negeri 1 Ampelgading,” ujarnya.
Pihaknya menghimbau, peran orang tua juga yang penting, karena bersinggungan langsung dengan anak.
Sementara itu, Kaprodi Sosiologi FISIP UMM Luluk Dwi Kumalasari menjelaskan, melihat upaya dari kepolisian nyatanya justru pihak luar sekolah yang membuka peluang baru.
“Sekarang memang dari pihak sekolah sudah melarang siswanya untuk bawa kendaraan. Tapi tetangga di sekitar buka parkir untuk siswa-siswi,” ujarnya.
Sosialisasi dari polisi perlu juga menyasar lingkungan di luar sekolah, khususnya mengingatkan oknum-oknum ini. Dosen Psikologi UNMER Malang Deasy Christia Sera menyampaikan, adanya peraturan soal pembuatan SIM, dengan batasan umur minimal, itu memang atas pertimbangan emosional.
“Emosi pengendara maksudnya, bukan hanya persoalan rasa marah, sedih, atau lainnya. Melainkan kesadarannya juga dalam mematuhi perambuan yang ada,” kata Deasy.
Menurutnya, usia remaja akhir, dinilai sudah bisa mengontrol emosinya. (WL)
Editor : Intan Refa, Kornelia Midun
Simak juga tema Idjen Talk lain :
