
CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Jumat malam lalu (31/10/2025), belasan pemuda tampak larut dalam perbincangan hangat, ditemani secangkir kopi dan cahaya temaram lampu kafe. Mereka bukan sekadar nongkrong. Malam itu, mereka merayakan lahirnya sebuah karya sastra dari tangan anak muda Kota Batu berjudul Purana Imaji.
Buku ini merupakan antologi sepuluh judul cerita pendek (cerpen) karya Promethar. Nama pena dari Muhammad Rifki Hidayatulloh, pemuda 20 tahun asal Bumiaji yang kini menempuh studi di Jurusan Perpustakaan Universitas Negeri Malang.
Purana Imaji adalah buku perdananya, buah dari keberaniannya menumpahkan pikiran dan perasaan ke dalam deretan tulisan.
“Jangan takut mengungkapkan hal-hal yang ada di pikiran,” kata Rifki.
Dalam diskusi tersebut, salah satu pembicara, Agil pemilik nama pena “Penimbun Peluru” menyoroti sisi unik dari kumpulan cerita ini. Ia menyebut Purana Imaji menampilkan genre romansa yang tak biasa. Bukan tentang cinta yang manis, tapi cinta yang absurd.
Contohnya dalam cerpen Fragmen Antarala mengisahkan tentang seorang perempuan yang menyaksikan pertemuan dan perpisahan, cinta dan kehilangan, semua tanpa kepastian dan arti.
“Banyak cerita romantis lama selalu berakhir bahagia. Saya ingin keluar dari pola itu. Saya ingin menulis sesuatu yang tidak sesuai dengan bayangan orang ketika mulai membaca,” ujar Agil.
Selain romansa, Purana Imaji juga menyentuh sisi gelap realitas sosial. Misalnya dalam cerpen Asmajava, tentang orang-orang yang terlihat oleh negara. Kemudian Rafka Aruna, kisah tentang sosok yang hidup di negara fasis yang menghilang menjadi legenda. Sedangkan cerita berjudul Memoar Runyam menyoroti getirnya kehidupan korban kekerasan seksual yang tak pernah mendapat keadilan.
Ada juga cerita lain yang berjudul Hari yang Tak Pernah Sampai menggambarkan penantian seorang kekasih terhadap pujaan hati yang hilang di perantauan. Kisah ini bahkan akan diadaptasi menjadi film pendek berjudul Moksa.
Ringkasnya, satu hal menjadi benang merah adalah keberanian anak muda untuk bercerita, menuliskan keresahan, dan menampilkan warna. Di balik gemerlap kota wisata yang penuh pertujukan artificial, lahir karya-karya yang menampilkan keresahan orang-orang yang hidup di dalamnya.
Reporter: Asrur Rodzi
Editor: Intan Refa




