Petani Ikut Pelatihan Panen GMP, Optimalkan Serapan Tembakau Kabupaten Malang

CITY GUIDE FM, KABUPATEN MALANG – Per Oktober 2025, luasan lahan tembakau di Kabupaten Malang mencapai 824 hektar. Namun sayangnya, seluruh hasil panen tembakau justru belum terserap sepenuhnya oleh Industri Hasil Tembakau (IHT) di Kabupaten Malang.
Pada praktiknya, hasil panen petani ini dipasok ke Bondowoso, Ponorogo, Blitar hingga Madura. Oleh karena itu, Dinas Tanaman Pangan Hortikultura dan Perkebunan (DTPHP) Kabupaten Malang menggelar pelatihan panen secara Good Manufacturing Practices (GMP), Kamis (23/10/2025).
“Hari ini dinas mengadakan pelatihan GMP yaitu pelatihan pengolahan panen dan pasca panen yang benar. Sehingga, tembakau yang dihasilkan petani bisa diterima oleh perusahaan rokok,” jelas Plt Sekretaris DTPHP Kabupaten Malang Kholida Masruroh.
Selain petani, pihaknya juga mengundang PT Gudang Baru Berkah dan UD Dadimas Jaya untuk dapat melihat langsung hasil panen petani.
“Supaya dilihat kurang apa. Apa kurang kering, rajangannya kurang lembut atau kurang kuning dan lain-lain. Rokok kan tergantung aromanya, lha yang ngerti kan pabrik rokok,” lanjutnya.
Makanya, dengan mengetahui selera pabrikan, petani tembakau dapat menyesuaikan hasil panennya. Tujuannya tidak lain agar pabrik rokok Kabupaten Malang dapat mengambil pasokan tembakau dari petani lokal. Karena secara kualitas, tembakau Kabupaten Malang juga tidak kalah saing.
Sementara itu, Ketua Asosiasi Petani Tembakau Indonesia (APTI) Kabupaten Malang Sukadi mengatakan sistem panen di Kabupaten Malang ini cukup berbeda dengan daerah lain. Salah satu penyebabnya adalah kultur tanah.
“Misalnya Kabupaten Malang, kecuali Sumberpucung, itu waktu panennya tidak sama. Kalau di Donomulyo tidak bisa sekali panen. Paling tidak 3-4 kali panen, mulai dari bawah sampai ke pucuk,” kata Sukadi.
Sedangkan di Sumberpucung, kematangan daun tembakau itu bisa terjadi bersamaan. Sehingga dapat dipanen sekaligus.
“Sebelum kita panen, kita panggil pendamping dari pabrik atau rekanan untuk memastikan sudah masanya panen atau belum. Terlihat dari daunnya yang menguning, ada bintik-bintik yang sudah memenuhi grade tua,” jelasnya.
Dengan begini, para petani akan terhindar dari asal panen yang justru malah membuat mereka merugi. Pihaknya berharap budidaya ini dapat menguntungkan baik petani maupun pabrik rokok. (adv)
Reporter: Intan Refa