NewsOlahraga

Pertama Kali Ikut Porprov, Penari Tradisional Tiesa Akui Gugup

Tiesa Aprilia Putri Arifin, penari tradisional mewakili Kota Malang dalam Porprov IX Jatim 2025. (Foto: Istimewa)
Tiesa Aprilia Putri Arifin, penari tradisional mewakili Kota Malang dalam Porprov IX Jatim 2025. (Foto: Istimewa)

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Porprov IX Jatim 2025 menjadi kompetisi cabor dancesport pertama bagi Tiesa Aprilia Putri Arifin untuk unjuk kebolehan yang lebih tinggi. Penari tradisional ini semula hanya menampilkan tariannya di tingkat lokal saja.

Seperti antar sekolah maupun antar kecamatan. Jadi sangat wajar jika pelajar kelas X di SMAN 8 Kota Malang ini menjadi sangat amat gugup waktu itu.

“Takut awalnya, karena kan sebelumnya ikut lomba di tingkat yang biasa-biasa aja. Terus ternyata alhamdulillah saya masuk seleksi Porprov. Orang tua saya ngeyakinin kalo saya pasti bisa. Waktu test floor juga deg-degan banget karena ngeliat dari daerah lain, nyoba lagu dan gerakan itu sebenarnya sudah minder duluan. Siap ga ya, siap ga ya?,” ceritanya.

Beruntung, ia dikelilingi oleh orang-orang yang mensupportnya. Orang tua, pelatih dan kawan-kawan sekolahnya.

Kendati sangat gugup, Tiesa berhasil membawakan tarian tradisional elite secara berpasangan dan membawa satu medali perak. Pencapaian ini bukan tanpa pengorbanan.

Sebagai perwakilan Kota Malang, ia memiliki tanggungjawab untuk mempersembahkan penampilan sebaik mungkin. Di sisi lain sebagai pelajar, ia juga tidak boleh mengabaikan kewajibannya di sekolah.

“Kalau pas libur biasanya latihannya pagi, karena kan sekolah mulai hari Senin-Jumat. Kalau semisal di hari sekolah, kita latihan sore habis magrib, itu juga ga tentu. Pernah saya pulang latihan sampai jam 8 bahkan jam 11 malam,” jelasnya.

Sudah pasti, kondisi tubuhnya cukup lelah dengan aktivitas yang menguras fisik tersebut. Apalagi setelah seharian sekolah, yang mengharuskannya mempelajari materi pelajaran dan tugas-tugas dari guru.

“Saya curi-curi waktu. Pulang sekolah saya mengerjakan tugas. Meskipun capek tetep harus dikerjakan, karena kata ibu kalaupun bagus di non akademis tapi akademiknya ga seimbang itu percuma. Jadi kadang ibu temenin saya buat ngerjain tugas meskipun ngantuk-ngantuk. Kalau sudah mau ketiduran gitu, ‘Dek belum selesai, ayo dikerjain dulu’,” cerita Tiesa.

Ia bercerita, mulai menggeluti tari tradisional ini sejak masih duduk di bangku SD. Saat itu, sang guru memuji gerakan tariannya dan meyakinkan Tiesa untuk tekun berlatih.

Sejak saat itu, ia cukup percaya diri ikut lomba antar sekolah hingga di tingkat kota. Ketertarikannya pada tari tradisional, tak terlepas dari makna pada setiap gerakan yang terkandung dalam koreo.

“Setiap tarian punya karakter masing-masing. Waktu pertama kali nari itu saya masih tari anak kecil ya, Namanya Tari Rampak. Saya suka Tari Rampak karena di situ nunjukin karakter yang tegas dan cantik. Saya juga pernah Tari Bapang, Tari Remo, Tari Grebeg Sabrang, Tari Gambyong dan Tari Kreasi,” paparnya.

Jalan Tiesa masih panjang untuk terus meningkatkan kemampuannya menarinya. Porprov IX Jatim 2025 ini menjadi tonggak untuk semakin melebarkan sayapnya.

Editor: Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button