NewsPeristiwa dan Kriminal

Pembantaian Kucing Terjadi Lagi, Program Sterilisasi Jadi Solusi?

Beberapa kucing yang diracun oleh oknum yang terganggu dengan keberadaan mereka. (Foto : kiriman pendengar)
Beberapa kucing yang diracun oleh oknum yang terganggu dengan keberadaan mereka. (Foto : kiriman pendengar)

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Kejadian peracunan kucing di Kecamatan Lowokwaru menjadi topik hangat dalam Idjen Talk edisi 17 Februari 2025. Begitu banyak pendengar City Guide FM yang menyampaikan opininya terkait pembantaian yang tidak hanya menyasar kucing liar saja. Tapi juga kucing peliharaan.

Kita bisa memahami ketika ada yang tidak menyukai hewan berbulu ini. Banyak faktor sebetulnya, bisa jadi karena pemiliknya tidak bertanggungjawab sehingga kucingnya berkeliaran. Bisa juga karena populasinya yang tak terkendali.

Tidak jarang pula mereka merusak properti milik warga. Namun melakukan pembunuhan atau pembantaian kucing massal ini juga tidak dibenarkan. Seperti salah satu pendengar ini, Biogrady Santoso yang berbagi pengalaman pahit.

“Kalau lagi musim kawin, sering di atas rumah saya jadi ajang perkelahian kucing liar. Bahkan sampai pernah pot bonsai saya jatuh dan pecah hingga patah satu cabangnya,” kata Bio.

Begitu pula dengan Annisa yang tinggal di dekat pasar. Seperti kita tahu, area pasar kerap jadi tempat pembuangan kucing. Alasannya di pasar banyak makanan sehingga kucing bisa mencari makan sendiri di sana.

Baca juga :

“Kucing-kucing itu akhirnya banyak yang tinggal di rumah sekitar pasar. Karena liar, mereka terbiasa BAB dan BAK sembarangan di rumah warga. Kalau di rumah saya, kucing-kucing itu biasanya poop dan pipis di rak-rak teras, halaman bahkan di atas genteng. Selain baunya yang luar biasa, bisa menimbulkan masalah kesehatan kan kalau begini?,” ungkapnya.

Senada dengan Annisa, Faizal juga mengungkapkan ketidaksetujuannya terhadap oknum pembuang kucing.

“Saya punya usaha di depan Pasar Oro-oro Dowo. Sering kucing itu masuk dan sembunyi sampai sore, hingga terkunci di dalam bedak. Besoknya di dalam penuh dengan kotoran kucing. Bahkan pernah masuk ke tempat penjahit sebelah saya, eek-nya kena kain,” ceritanya.

Melihat keluhan ini, salah satu pendengar, Ayik mengusulkan agar ada program sterilisasi kucing gratis yang dananya dari pemerintah. Pendengar lain, Agung pun berpendapat demikian.

“Saya pelihara 7 kucing ras. Tapi memang di lingkungan perumahan saya banyak kucing liar. Yang penting kendalikan populasinya karena sering beranak-pinak. Kucing jantan dikastrasi agar tidak bertambah banyak. Kemudian sediakan ruang terbuka hijau dan beri makan di sana, maka mereka akan terbiasa BAB di sana. Bagaimanapun juga kucing liar ini membuat perumahan saya bebas ular berbisa dan tikus,” jelasnya.

Asrianti pun bahkan harus merogoh kocek sendiri demi mensterilkan kucing-kucing liar di sekitar rumahnya.

“Solusinya kucing disterilkan saja. Mensteril mahal bagi saya yang udah tiap hari beri makan. Harusnya pemelihara diberi efek jera, seenaknya saja lepas tanggungjawab. Hewan sendiri tidak salah. Saya tiap 3 bulan sekali keluar Rp 150 ribu untuk steril kucing,” paparnya.

Sebenarnya, solusi melakukan steril kucing liar ini juga disodorkan oleh Praktisi Dokter Hewan dr Albiruni Haryo APVet.

“Saya menawarkan solusi, siapkan dana untuk aksi sterilisasi kucing liar. Bukan hanya dinas, komunitas pecinta kucing juga bisa bergabung,” tawarnya.

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button