CITY GUIDE FM – Hypophrenia adalah perasaan emosional yang muncul sebagai reaksi terhadap suatu keadaan dan biasanya diekspresikan dengan menangis secara tiba-tiba. Penyebab utama dari rasa sedih ini adalah fisik dan mental yang lelah.
Selain itu, terdapat beberapa keadaan yang bisa menjadi pemicu hypophrenia. Berikut di antaranya, melansir berbagai sumber :
Menstruasi
Terjadinya perubahan hormon saat masa menstruasi menyebabkan gejala fisik dan emosional, termasuk perasaan sedih. Dokter menyebut gejala itu sebagai sindrom pramenstruasi (PMS).
Baca juga :
Burnout
Kelelahan mental dan fisik secara ekstrem akibat stres berkepanjangan bisa menyebabkan ledakan emosi. Karena seseorang yang mengalami burnout tidak bisa mengatur emosi negatifnya.
Kehamilan
Selama dan setelah kehamilan, tubuh seorang ibu mengalami perubahan hormonal yang memengaruhi suasana hati. Sehingga menyebabkan ibu menangis secara tiba-tiba dan lebih dari biasanya.
Gangguan Kecemasan dan Depresi
Gangguan kecemasan dan depresi umumnya memiliki gejala mood buruk dalam waktu yang lama. Seseorang dengan kondisi tersebut lebih mudah menangis karena perasaannya gampang tersinggung.
Meskipun begitu, terdapat cara untuk mengatasi hypophrenia dengan menenangkan diri dan melakukan beberapa hal berikut :
Menghentikan Tangisan
Pertama, untuk mengatasi hypophrenia, harus menghentikan tangisan terlebih dahulu. Caranya, dengan menekan lidah ke langit-langit mulut, melemaskan otot wajah, mencubit kulit antara ibu jari dan telunjuk, serta latihan pernapasan dalam.
Curhat kepada Orang Terdekat
Setelah itu, berbagi cerita kepada orang terdekat bisa membantu meringankan beban perasaan yang ada. Sebab manusia tidak seharusnya memendam semua permasalahan sendirian.
Menerima Hal yang Menjadi Penyebab
Kesadaran bahwa tidak semua hal akan berjalan sesuai keinginan merupakan langkah penting untuk menghilangkan rasa sedih. Karena jika terjebak dengan masalah yang terjadi, maka tidak akan merasakan bahagia.
Menemui Ahli Psikis
Jika kesedihan sudah dalam tahap yang tidak wajar, sebaiknya konsultasikan kepada psikiater atau psikolog. Supaya mendapatkan penanganan efektif dan hasil yang baik.
Penulis : Faydina Rizki (magang)
Editor : Intan Refa
