NewsPemerintahan

May Day di Kota Batu Batal Dilaksanakan, Ini Penyebabnya


Sejumlah personil Satpol PP bersiaga di Taman Hutan Kota Batu. (Foto : Asrur Rodzi)
Sejumlah personil Satpol PP bersiaga saat May Day di Taman Hutan Kota Batu. (Foto : Asrur Rodzi)

CITY GUIDE FM, KOTA BATU – Pada peringatan Hari Buruh atau May Day, komunitas anak muda Titik Dua Kolektif sebenarnya hendak menggelar diskusi, panggung bebas hingga pembacaan puisi di Taman Hutan Kota Batu. Tapi, rencana tersebut ternyata urung terlaksana.

Melalui akun Instagram @titikduakolektif, acara batal karena tidak mendapatkan izin dan indikasi intervensi. Walaupun kabarnya tidak berizin, pada 1 Mei kemarin sekitar pukul 13.00 WIB, tampak sejumlah personil Satpol PP bersiaga di Taman Hutan Kota Batu.

“Kita tidak hanya berbicara tentang hak-hak buruh. Tetapi juga hak kita sebagai warga Kota Batu untuk menikmati kehidupan yang layak di tengah krisis tanah dan air yang kian mengancam,” ujar Asrofi, salah satu pembicara yang rencananya mengisi diskusi.

Di kesempatan lain, reporter City Guide juga mewawancarai salah satu panitia, sebut saja Ciwen. Dia mengaku bertemu pihak kepolisian pada malam sebelum acara dimulai sekitar tengah malam.

“Tidak ada negosiasi. Mereka ingin mengintervensi agar diskusi ini tidak berlangsung,” ujar Ciwen lewat sambungan telepon.

Ciwen membenarkan bahwa acara mereka memang tidak berizin. Tetapi menurutnya, taman kota adalah ruang publik yang seharusnya bebas bisa digunakan warga.

“Kami hanya memberikan surat pemberitahuan kepada DLH,” lanjutnya.

Menurutnya, peringatan Hari Buruh di Kota Batu dimaksudkan sebagai bentuk kritik terhadap perubahan kota dari agraris menjadi industri.

“Kita terlena citra Kota Batu sebagai kota wisata. Di balik itu, ada praktik eksploitasi atas nama wisata, pembangunan dan energi terbarukan. Bahasa yang membuat kita terlena,” ungkapnya.

Salah satunya adalah dampak pembangunan hotel dan pariwisata terhadap sumber air di kota Batu, contohnya adalah Wisata Kasinan pada 2020.

“Begitu pembangunan selesai, seminggu kemudian air di daerah Kasinan langsung habis,” jelas Ciwen.

Pengalaman itu membuat komunitasnya yang mulanya kelompok musik alternatif (punk dan metal) tertarik pada isu lingkungan.

Reporter : Asrur Rodzi

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button