CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Semakin dekat momen pemungutan suara, semakin gencar bau-bau politik uang (money politic) menjadi pilihan kampanye. Hal ini yang menjadi sorotan dalam Talkshow Bhumi Arema Damai “Pemilu Malang Bebas Money Politik”, yang berlangsung di studio Radio City Guide FM, Rabu (31/1/2024). Dalam kesempatan itu, Ketua DPRD Kota Malang I Made Riandiana Kartika mengatakan ada tiga kriteria pemilih.
“Sebelum saya nyaleg, saya kan juga timses. Saya melihat ada tiga kriteria pemilih, pertama adalah pemilih emosional, strong voter-lah mereka itu. Kedua, pemilih rasional dan yang ketiga pemilih transaksional,” kata Made.
Dari kriteria itu, Made cenderung pada pemilih emosional dan rasional. Maka dia senang blusukan ke tempat-tempat yang jalannya rusak, sering banjir, belum berpaving dan sejenisnya.
Baca juga :
“Ini kalau kita sentuh, mereka yang awalnya rasional akan menjadi emosional ke kita,” lanjut politisi PDI Perjuangan ini.
Menurutnya, kampanye money politic sebenarnya tidak cukup efektif menggaet pemilih. Sebab, survei tahun 2019 menunjukkan bahwa efektifitas money politic ini hanya 25 persen. Sedangkan pada survei terakhir, angka tersebut turun menjadi hanya 10 persen saja.
Made bahkan membuktikannya sendiri saat nyaleg pada tahun 2019 lalu. Dia berhasil memenangi dapil Lowokwaru tanpa money politic dengan meraih 5.849 suara hanya dengan kampanye door to door. Walaupun tetap ada cost politik yang menurutnya masih wajar, seperti membuat banner, konsumsi dan lain-lain.
“Saya kemarin (2019) hanya habis Rp 38 juta. Tahun ini saya belum habis Rp 50 juta. Ini tetap saya tanamkan, saya malu jadi dewan hasil nyogok masyarakat,” lanjutnya.
Untuk itu, secara khusus DPRD Kota Malang mempersiapkan pendidikan politik, wawasan kebangsaan dan memberantas penyakit demokrasi alias money politic. Pihaknya menekankan bahaya itu pada masyarakat melalui “suara emasnya” dalam pemilu.
Editor : Intan Refa
Simak talkshownya di sini :
