CITY GUIDE FM, BATU – Pasca wabah penyakit mulut dan kuku menyerang sejumlah peternak sapi di Dusun Brau, Desa Gunungsari, kini para peternak berusaha bangkit kembali. Beberapa peternak berusaha bertahan dengan jumlah sapi yang seadanya.
Salah satunya adalah Asip, peternak yang dulu juga terimbas wabah PMK yang mengakibatkan beberapa sapinya mati. “Dulu sapi yang saya miliki lebih dari 10 ekor,” kata dia kepada City Guide FM.
Namun sekarang, di kandang miliknya hanya tersisa 5-6 ekor saja. Meskipun ada bantuan dari pemerintah sebagai pengganti sapi yang mati, jumlahnya dinilai tidak cukup sepadan dengan kerugian yang dia alami.
Begitu pula dengan harga pakan yang saat ini juga ikut naik. “Kalau harga pakan campuran dari Rp 130 ribu, naik menjadi Rp 160 ribu,” lanjutnya.
Sementara itu, Muhammad Munir, Ketua Kelompok Tani Margo Mulyo Dusun Brau mengatakan bahwa kondisi para peternak ini memang mengalami penurunan khususnya di produksi susunya.
“Kalau total sapinya ya hampir 1200-an, kalau dulu kan sebelum PMK bisa sampai 1500-an ekor sapi. Trauma sih tidak, makanya ini dari warga mulai bergeliat lagi dan bangkit lagi,” kata Munir, sapaan akrabnya.
Para peternak setiap harinya bisa menyetorkan susu kepadanya rata-rata sebanyak 15 liter per ekor sapi. Jika ditotal, setiap hari pihaknya bisa menampung susu dari peternak mencapai 3 ribu liter.
Volume ini menurun jika dibandingkan sebelum wabah PMK yang bisa mencapai 5 ribu liter. Susu tersebut kemudian disetorkan kepada perusahaan pengolah susu yaitu Indolakto di Pasuruan.
Sedangkan, perilaku sapi setelah PMK, menurutnya nafsu makan sapi semakin tinggi namun produksi susunya rendah.
Melihat kondisi ini, sebenarnya Munir berharap pemerintah bisa memberikan pendampingan serta pelatihan kepada para peternak pasca PMK. Juga, bantuan vitamin dan pakan untuk menunjang pemulihan kesehatan ternak. (rep/ ref)
