Ketika Penghasilan Anjal Gepeng Melebihi Pegawai Kantoran

CITY GUIDE FM, KOTA MALANG – Anak jalanan, gelandangan, pengemis (anjal gepeng) tampaknya betah sekali di Kota Malang. Mereka terus bermunculan dengan berbagai rupa sekalipun sudah pernah digelandang oleh Satpol PP Kota Malang. Apa sebab? Karena penghasilan para anjal gepeng ini cukup ‘menjanjikan’.
Meski berpakaian lusuh, kumal, bau dan berwajah menyedihkan, uang yang mereka kantongi dari meminta-minta sangat lebih dari cukup. Bahkan melebihi gaji pegawai kantoran. Para City Guiders pun turut menyuarakan kegerahannya.
Seperti Andik Wahyudi misalnya, dia mengaku beberapa lapak jualannya itu sering jadi sasaran penukaran uang receh. Shocked but not surprised, penghasilan anjal gepeng itu rata-rata di atas Rp 300 ribu.
“Rp 300 ribu sampai Rp 400 ribu itu termasuk sepi katanya. Mending beli dagangan orang-orang yang (jualannya) sepi aja, lebih bermanfaat buat mereka,” ujar Andik.
Senada dengan Andik, Markus Priyono juga sempat menyaksikan 2 ibu-ibu pengemis sedang menghitung uang di lantai lorong minimarket dekat Terminal Arjosari beberapa bulan lalu. Mereka tampak menata uang logam dan uang kertas pecahan seribuan dan dua ribuan.
“Kalau dihitung secara kasar sekilas kurang lebih uang tersebut jumlahnya sekitar Rp 300-400 ribu. Saya bisa kira-kira karena kebetulan sudah tertata dan agak mudah memperkirakan,” kata Markus.
Baca juga :
Sehingga, menurutnya masyarakat harus pikir-pikir lagi kalau mau beramal karena ternyata penghasilan mereka lebih besar. Mirisnya, saat mereka meminta-minta, wajah mereka dibuat sesedih mungkin, wajar bila masyarakat merasa kasihan.
Padahal mereka menata uangnya sambil tertawa. Karena nominal pendapapatannya cukup lumayan, inilah yang menurut Endarno Tri Karya, anjal gepeng ini sulit diberantas.
“Perolehan pendapatan mereka relatif banyak bahkan melebihi UMR. Makanya mereka enggan meninggalkan kegiatan itu,” kata Endarno.
Ada saran menarik Abrar yang meminta agar Pemkot Malang memasang spanduk berukuran besar dengan warna yang kontras agar mudah terbaca pengendara. Isinya terkait larangan memberi uang pada anjal gepeng.
“Masyarakat juga bisa memberi masukan kepada para anggota legislatif terkait anjal gepeng. Mestinya bisa segera menyelesaikan urusan ini,” kata Abrar.
City Guiders lain, Hofit Arifin setuju dengan gagasan tersebut. Menurutnya gerakan yang paling ampuh adalah kompak tidak memberi mereka uang.
“Saya setuju menggunakan spanduk besar tulisan nge-jreng, mantap! Cantumkan nomor pengaduan untuk menindaklanjuti mereka. Bukan hanya dinas sosial tapi juga kepolisian wajib angkut mereka,” ujar Hofit.
Begitu pula dengan Lazuardi Ansori juga setuju dengan pemasangan spanduk-spanduk besar di perempatan-perempatan.
“Solusinya bisa dengan terus menyuarakan, jika kota kalau ada pengemis atau anjal gepeng berarti pemimpin kota tersebut gagal. Tidak bisa kerja,” tegas Lazuardi.
Editor : Intan Refa