CITY GUIDE FM – Mimisan atau epitaksis merupakan kondisi terjadinya pendarahan di hidung. Kondisi ini biasa terjadi pada anak-anak, lansia, ibu hamil, penderita kelainan darah, atau orang yang mengonsumsi obat pengencer darah. Mimisan bisa dipicu oleh beberapa hal seperti alergi, kelelahan, hingga cidera pada hidung.
Baca juga :
Secara umum, kondisi ini memang tidak terlalu berbahaya dan bisa ditangani sendiri di rumah. Namun, mimisan yang berulang dan tak kunjung berhenti, biasanya menjadi tanya adanya masalah kesehatan. Untuk itu, ada baiknya anda memperhatikan beberapa penyebab mimisan berikut ini :
- Bersin terlalu keras
- Alergi
- Kelelahan
- Adanya cidera pada hidung
- Adanya benda asing yang masuk ke dalam hidung
- Konsumsi obat dan suplemen pengencer darah, seperti aspirin dan minyak ikan
- Kondisi yang menyebabkan gangguan pembekuan darah seperti hemofilia
- Penyakit tertentu seperti hipertensi, polip hidung, dan sinus
Namun jika anda atau orang terdekat anda mengalami mimisan, langkah pertama yang harus dilakukan adalah tetap tenang dan jangan panik. Melansir dari berbagai sumber, berikut ini langkah-langkah untuk mengatasi mimisan :
- Duduk tegak dan jangan berbaring agar tekanan pada pembuluh darah dapat segera berkurang sehingga perdarahan bisa berhenti.
- Condongkan tubuh ke depan agar darah yang keluar dari hidung tidak masuk ke tenggorokan. Darah yang tertelan dapat memicu terjadinya muntah.
- Jangan sekali-kali menengadahkan kepala ke atas, hal ini bisa membuat darah mengalir ke tenggorokan dan tertelan.
- Pencet hidung selama 10–15 menit dan bernapaslah melalui mulut.
- Kompres pangkal hidung dengan kompres dingin untuk memperlambat perdarahan.
Setelah mimisan berhenti, usahakan untuk tidak membuang ingus, mengorek hidung, membungkuk, serta melakukan aktivitas berat setidaknya selama 24 jam. Hindari juga merokok dan konsumsi alkohol. Tindakan ini dilakukan untuk mencegah terjadinya iritasi hidung atau risiko perdarahan berulang. Namun jika pendarahan tidak juga berhenti, segera hubungi dokter untuk penanganan lebih lanjut.
Penulis : Alifia Nur Syafida (magang)
Editor : Intan Refa