CITY GUIDE FM, IDJEN TALK – Tingkat kekerasan pada anak dari tahun ke tahun mengalami peningkatan. Dalam Idjen Talk bertajuk “Kekerasan Pada Anak Naik, Ekonomi Masalahnya?”, Kepala UPTD PPA DP3A Kabupaten Malang Ulfi Atka Ariari mengatakan per bulan Oktober 2023 total ada 87 kasus dengan 112 korban anak.
“Salah satu faktor kekerasan anak dalam rumah tangga karena faktor ekonomi. Tapi ada juga pola asuh yang kurang tepat, sehingga anak tidak memiliki konsep diri yang baik,” jelas Atka.
Selain itu, pergaulan buruk pada anak juga berpengaruh. Karena kebanyakan anak justru mengacu pada pergaulan dengan teman sebayanya, dalam bertindak di lingkup sosial. Sejumlah upaya untuk menekan angka kasus kekerasan pada anak, salah satunya dengan memberikan edukasi, konseling sampai bantuan modifikasi perilaku.
Baca juga :
Ketika ada laporan kekerasan anak masuk, maka pihaknya akan terus melakukan monitoring dan follow up secara berkala. Sementara itu, Wakil Dekan 1 Fakultas Psikologi UNMER Malang Al Thuba Septa Priyangga Sari menjelaskan kondisi keuangan keluarga memang mempengaruhi psikologis. Bahkan ada studi khusus tentang psikologi keuangan.
“Sebenarnya sehat tidaknya keuangan juga tergantung persepsi setiap orang. Selain kondisi finansial keluarga, relasi antara ayah dan ibu itu juga mempengaruhi. Jika sedang tidak baik-baik saja, maka bisa mengarah pada tindakan kekerasan pada anak sebagai pelampiasan,” kata Al Thuba.
Di sisi lain, Financial Educator dan Founder of IC School Ita Guntari menyampaikan memang dalam rumah tangga perlu ada evaluasi financial. Karena ini berkaitan dengan pengendalian stress.
“Penyusunan prioritas itu berarti mengklasifikasikan mana yang penting dan tidak penting. Untuk keputusan itu orang tua bisa berdiskusi,” kata Ita.
Jadi skala prioritas harus benar-benar digunakan supaya tidak ada istilah lebih besar pasak dari pada tiang. Yang bisa menimbulkan stres sampai mengarah ke kekerasan. (WL)
Editor : Intan Refa
Simak juga tema Idjen Talk lain :
