Jelang Seperempat Abad Kota Batu, Mau Dibawa ke Mana Masa Depan Kota?

CITY GUIDE, KOTA BATU — Sejumlah orang yang tergabung ke dalam Kelompok Kerja (Pokja) Peningkatan Status berkumpul untuk membahas kegelisahan mereka terkait konsep jangka panjang Kota Batu.
Dalam sarasehan “Refleksi Menuju Seperempat Abad Kota Batu sebagai Daerah Otonom”, pada Selasa (14/10/2025) di Balai Kota Among Tani, Ketua Presidium Pokja Andrek Prana menyerukan agar identitas kultural kota, tidak terabaikan di tengah geliat pembangunan perkotaan. Khususnya karakter desa yang telah melekat dalam ruh kota ini.
“Kota Batu tidak punya konsep yang jelas. Konsep yang bisa melindungi wilayah dan diikuti siapapun wali kotanya,” kata Andrek.
Dari data demografis, KWB memiliki sekitar 223,6 ribu penduduk pada 2024. Mayoritas berada pada kelompok usia produktif, sekitar 21,51 persen penduduk tergolong anak-anak (0–14 tahun) pada 2023. Fakta ini menunjukkan bahwa perencanaan pembangunan harus memperhatikan kebutuhan kelompok muda, seperti pendidikan, ruang kreatif, dan pemberdayaan generasi penerus.
Diskusi melibatkan sejumlah akademisi, tokoh masyarakat, dan generasi muda. Seperti Rektor Universitas Negeri Malang Prof Hariyono, Ketua Advokasi Pokja Slamet Hendro Kusumo, serta Dekan FIA Unisma Slamet Muchsin sebagai moderator. Pada kesempatan itu, Wali Kota Batu Nurochman setuju bahwa pada momentum HUT ke-24 menjadi momen evaluasi, apakah pembangunan telah selaras dengan cita-cita pendirian kota.
Ia juga menggarisbawahi pentingnya kolaborasi lintas stakeholder dan generasi muda agar pemajuan pembangunan tetap berpijak pada karakter lokal—baik melalui media sosial, praktek nyata, maupun kebijakan publik.
Dalam forum tersebut disepakati perlunya penyusunan masterplan pembangunan jangka menengah-panjang yang mempertimbangkan karakter desa, kelestarian lingkungan, dan kesinambungan ekonomi lokal.
Pokja berencana merombak struktur keanggotaan agar lebih inklusif dengan keterlibatan generasi muda dari berbagai latar belakang. Lewat sarasehan ini, rekomendasi dari Pokja mampu menjadi pijakan dalam kebijakan ke depan. Serta mempertegas identitas kota menjadi indikator utama agar pembangunan tidak hanya cepat, tetapi juga bermakna.
Reporter: Asrur Rodzi
Editor: Intan Refa