Budaya dan PariwisataNews

Intip 3 Stasiun Tertua di Malang, Pernah Kesana?

Stasiun Malang tempo dulu (instagram.com/stasiunmalang)
Stasiun Malang tempo dulu (instagram.com/stasiunmalang)

CITY GUIDE FM – Malang memiliki beberapa stasiun tertua yang sudah ada sejak zaman penjajahan Belanda. Umumnya, orang menggunakan kereta api sebagai moda transportasi, baik untuk mengangkut penumpang maupun hasil perkebunan.

Melansir Liputan 6, berikut ini daftar stasiun tertua di Malang :

1. Stasiun Malang Kotalama (MLK)
Terletak di Kecamatan Sukun, bangunan ini sudah ada sejak tahun 1878 dan menjadi yang tertua di Malang. Penambahan nama “Kotalama” bertujuan untuk membedakannya dengan Stasiun Malang Kotabaru yang muncul setahun kemudian. Sekarang bangunan ini telah menjadi bangunan cagar budaya yang harus tetap kita jaga keasliannya.

Ciri khas bangunan tuanya dapat terlihat dari pintu jeruji besi, atap peron dan ruang tunggu serta sudut-sudut dinding batunya. Di sana juga masih terdapat alat pengubah jalur kereta api manual tenaga manusia.

2. Stasiun Blimbing (BMG)
Tempat ini dulunya menjadi salah satu stasiun untuk perusahaan trem swasta Belanda yang bernama Malang Stoomtram Maatschappij (MS). Tempat ini menyediakan jalur utama trem ke arah Malang Timur atau Tumpang. Namun seiring perubahan trem menjadi kereta api, pihak KAI akhirnya menutup jalur perlintasan trem ke arah tersebut.

3. Stasiun Malang Kotabaru (ML)
Tempat ini sebenarnya sudah ada sejak tahun 1879. Awalnya tempat ini digunakan untuk mobilitas tentara Belanda. Namun pasca penetapan status Malang sebagai kotamadya, muncullah rencana pemindahan bangunan ke sebelah barat rel, dengan orientasi bangunan menghadap ke Alun-alun Bunder atau Tugu Malang.

Bangunan ini memiliki peron tinggi yang terhubung dengan terowongan bawah tanah sebagai akses pejalan kaki. Uniknya, pintu terowongan terbuat dari bahan baja tebal. Bagian atap terbuat dari beton modern. Pembangunan dilakukan dengan perhitungan yang matang agar dapat menjadi tempat perlindungan dari bom. Sebab isu Perang Dunia II muncul ketika proses pembangunannya.

Penulis : Alifia Nur Syafida (magang)

Editor : Intan Refa

Related Articles

Tinggalkan Balasan

Back to top button

Radio



x